Sebenarnya Dia Mesum Ma!
" katanya terus terang dan frontal. Baru kali ini aku bertemu dengan laki-laki
an dari tanganku dan menutup pintu rumahnya. Aku sama sekali tida
rumahnya. Sebelum meninggal rumahnya. Dari sudut m
ing dibanggakan dan dibandingkan mama den
gi aku tidak terlalu mengenalnya secara pribadi. Hany
mama saat aku baru saja mas
di rumah kayaknya," kataku menjela
etangga kita, udah ganteng, pinter, bai
dalam hati. Kalau ku utarakan
balkon kamarku dan pemandangannya menuju balkon kamar Serafin. Jendela kamarnya te
Melempar senyum manis dengan sudut bib
daku. Kalau berhadapan dia sangat menjaga jarak. Tida
h habis. Sungguh kejutan badan atletis itu mengha
kan jari tengah ku padanya. Kalau jauh dia bisa seperti ini.
. Papa tiriku sedari tadi melirik ku terus menerus. Seak
h. Aku memang tidak dekat dengan mama, aku
lah, Mama takut salah," kata mam
a," kata papa tiriku melihat kearah
santai sambil terus
, melamar kamu pada Om," kata papa tiriku sambil mengambil segelas air dan mem
. Papa anak tunggal tidak punya saudara kandung. Papa cuman punya satu satu saudara yang merupa
ang aku tinggal dengan mama dan om Rendi. M
rga mereka. Tinggal dan menetap disini. Sebenarnya aku punya alasan, kenapa ak
g harta peninggalan papa, adalah hakku. Tidak ada yang boleh menggusiknya, karena itu om
awab apa pa
m serahkan keputus
rti apa. Seperti kata Om, aku butuh
s yang tepat di depannya ke sampingnya. Mama
usaha mempertahankan apa yang menjadi hak kamu. Kamu
ikah Tante Wendalah yang menjaga dan mengatur harta warisan papa. Walaupun kita menang di pengadilan mereka masi
ang baik. Buktinya dia menuntut ke pengadilan atas pembagian harta w
m. Aku harus berlindung disini aga
aja sebagian harta peninggalan
mbuat mereka menjadi lebih serakah dan membuat mereka punya kem
t om, bagaim
kita butuhkan. Cerdas dan punya dukungan keluarga.
lebih waspada. Dia melihat orang dari berbagai sisi.
linya. Walaupun dengan pengalaman
emainkan peran. Aku juga tidak tahu apakah pernyataan cinta yan
i. Apalagi Tante Wenda menjadi lebih agresif akhir-akh
khawatir dan mengambil keputusan secara buru-buru. Apalagi
baru untukku. Dulu almarhum papa lebih sering meninggalkan aku untuk pekerjaan. Sementara
ng anak. Aku tau dari binar mata om Rendi saat melihatku di meja
cok untuknya yang memiliki perilaku hangat dan peduli keluarga. H
i ranjangku. Aku melihat ke arah datangnya pesawat kertas. Rumah sebelah, tepatnya kama
ri didepan pintu yang menguntungkan ke balkon dan tersenyum mengejek padany
at kulihat pesawat kertas yang dilemparkan Se
yang dibuatnya dengan hati-hati.
i-laki baik, pengertian dan bisa menerima kamu apa adanya.
ama. Haruskah aku memperlihatkan ini pada mama
napun dia men