Sebenarnya Dia Mesum Ma!
n oleh alaram hidup yaitu Serafin. Tetangga seb
ya unik dan ajaib. Kadang aku bisa tersedak ludah sendiri jika membaca
ta Serafin yang sedang duduk di balkon kamarnya. Menikm
kamu mau menikmati secangkir teh den
dar pada pagar pembatas, dengan kedua tangan
taku kesal, tapi kalau Serafin tidak merusuh dipagi
sedang aku ajukan," kata Serafin. Dia mengangkat cangkir tehnya.
a bidadari cari di surga. Syaratnya l
a sebelah ada bidadari di sana. Marah aja kelihatan ca
alah tertawa dan menunjuk ember yan
rnyata ada sebotol susu almond dan coklat. Serafin te
n coklat dari ember. Meletakkan di atas meja dan
elalu memberiku makanan dan minuman manis. Sama halnya deng
kan, takut om Rendi merasa tidak dihargai. Jadi aku menghabiskan se
. Serafin meletakan cangkir yang digenggam ke atas meja. Dia
ter aja gue daki. Gue taklukin, gue gak kenal apa itu menyer
untuk mendapatkan aku. Aku tidak terlalu istimewa, aku
ada di puncak karir. Sejujurnya itu membuatku ragu dia benar-benar mencintaiku. Hati kecilku
g tampan dan unik benar-benar membuatku mudah jatuh. Hanya saja
Gue gemes jadi pe
ar Serafin dia memang tidak pernah
" katak
. Kalau ke lo gak apa-apa. Calon istri, calon ibu
ersihkan kayaknya. Emang gue u
. soalnya gua cinta benget ke
kataku menyembunyikan rona merah di pipi ku. Untung kami berjauhan s
tapi cintaku padamu sangat banyak. Ban
ya darat
, mukanya sampai merah. Duh gemes jadi pengen cium dan gigi
rah di pipi ku. Mata beriris hijaunya ternyata sangat tajam. Serafin tern
meninggalkan Serafin. Aku kemudian mengintip dia dari d
ita masa depan kita," katanya. Membuatku lan
u yang berjongkok di balik pintu dengan
anya. Sudah cocoklah dia menjadi serigala. Terlibat gagah, dominan, b
n dan bantu mama memasak. Selama di rumah ini, aku
lama ini aku bisa menutupi dengan bersifat dingin. Namun semua itu tidak
angat menyiksa. Rasa iri dan perih sering sekali tumbuh sub
sekali berputar di otakku, tapi untuk menutupi semua itu. Aku bersifat d
, sekaligus takut, hal itu hanya sementara. Sehing
tulah kata yang kuanggap sebagai pen
i-laki ceria dan berwarna seperti Serafin. Bukankah tid
skan," kata Serafin pada malam itu. Membuatku terus berpikir, pantaskah aku mendapat semua itu. Otakku juga sela
alu jatuh dalam dalam jurang kesepian. Sehingga hatiku ikut membeku. aku takut, ini semua
Bagaimana aku ini anak yang tumbuh tanpa kasih sayang
terjatuh dan ter