Masa Lalu Istriku
idik ngeri. Jijik, membayangkan bagaimana sebelum bertemu denganku dulu, Yumiko menjajakan tubuhnya kepada banyak lelaki. Membiarkan setiap pelanggan menikmati tubuhnya. Meraup pundi-pundi ru
umamku dengan nada suara menggertak, "Lo
memang bukan psikolog tapi jika bertanya dan tak langsung menuai jawaban, pasti jatuh curiga. Dua, jika memang semua yang dia katakan tadi itu benar adanya
Kami sudah ada Eiffel lho, apa Lo lupa? Gila aja kan, kalau kami sampai broken tapi ternyata semua ini hoaks? Please
enger gertakan Lo tadi. Emangnya gue penjahat, apa?" Fellicia berkilah sam
an bola mata kami sama-sama menyorot terang, "Ma
aya syukur, nggak juga terserah. Gue nggak ada maksud jahat kok, ama Lo berdua. Terutama Lo. Nggak ada untungnya juga kali, gua ngejahatin kalian. Kita kan udah sohiban sejak lam
ak
aki kasar yang bisa dengan mudahnya memukul, walaupun itu benda mati. Ah! Tapi ini sudah keterlaluan. Kelewatan. Masa, Yumiko merahasiakan semua itu
Mama tidak tahu sama sekali tentang hal itu? Oh ya, aku masih harus menunggu semua bukti nyata yang dijanjikan Fellicia tadi. Mengenai kenyataan hitam kalau se
e
marah tapi aku tak peduli, "Kenapa Lo ngubungi gue? Kala
lah, gue shocked berat ini, Fel. Sumpah, gue nggak ada maksud b
agaimanapun, apapun yang terjadi aku harus mendapatkan semua bukti akurat itu. Karena itu yang akan menjadi titik terang. Lagi pula, tak mungkin
e ... Gue m
r, Jun. Kayak nggak kenal siapa gue aja, Lo. Yang paling penting
iya
deh,
rcaya s
enuh
sepenu
*
Terlihat jelas, rona kebahagiaan memancar indah di wajah teduh dan lembut mereka. Yumiko melambaikan tangan ke arahku yang baru saja turun dari mobil. Biasanya, dalam keadaan norma
-lari kecil ke arahku, merontokkan
Eiffel kangen
elinap ke dalam dadaku. Begitu banyak pertanyaan mendera diri yang limbung ini. Salah satunya, 'Gampang banget sih Lo, den
hadapanku, menubruk dan memeluk hangat, "Eiff
iasa terhadapnya, "Daddy juga kangen sama E
askan pelukan, memindai kejujuran d
iffel, Daddy nggak sakit. Daddy baik-baik saja dan Eiffel
benar bingung, karena bahkan aku sudah melakukan semua yang semestinya tadi. Spesial untuknya, mengalahkan badai yang berkecamuk di dalam dada. B
masih ada yang kurang? Aku juga sudah mengecup ubun-ubunnya, kan? Tapi mengapa dia malah menangis? Tida
rsi rodanya ke arah kami. Wajahnya terlihat bingung dan khawatir saat sampai di dekat