Masa Lalu Istriku
iang sampai sore. Kaku bisa pulang kalau Mbak Galuh sudah datang. Ke sini lagi sore, kalau Mama sudah mau pulang." sesekali Mama memperhatikan wajah Yumi
gal dunia, dia masih duduk di bangku SMP waktu itu. Adiknya juga meninggal dunia beberapa tahun sebelum mereka karena leukimia. Fixed, sebelum akhirnya menikah denganku,
knya di samping kanan tempat tidur Yumiko. Kedua bola matanya tergenang air bening k
yum tipis aku menjawab
Oh ya Juna, soal Eiffel kamu nggak usah terlalu khawat
ma sampai ke depan pintu. "Yakin, Mama ng
ku baru saja menanyakan, "Yakin, Mama n
besok ya
, M
ar besok pagi bis segar dan Eiffel pun senang,
, M
an berbisik mengancam, "Kalau sampai Mama lihat dengan mata kepala Mama sendiri, kamu
, Fellic
apan sep
sekali,
angnya. Sungguh, kagum pada diri sendiri karena masih bisa tabah dan kuat sampai sejauh ini. Bayangkanlah! Kalau sampai Ma
da Mama, Papa dan Mbak Galuh. Lebih tepatnya setelah pulang dari Australia untuk mengambil master seni dan fotografi. Mungkin itu terdengar lucu tetapi
, aku t
sudah hampir kembali masuk ke ruang perawatan Yumiko. "Mama ngg
*
k, t
falling in love sejak pertemuan ke tiga setelah perkenalan itu hingga---maaf jika terlalu jujur---sebelum Fellicia datang membaw
a dengan berit
ya termasuk virus yang menggerogoti raganya. OK. Itu bohong, aku tahu. Karena buktinya ketulu
n dalam. "Ya, semua terserah Lo, sih. Percaya syukur, nggak juga terserah. Yang penting gue udah ngasih tahu Lo gi
o dan video lama Yumiko. Bulu kudukku sampai setegak bulu landak ketika berhadapan dengan musuh
ang tanpa lengan. Di depannya ada seorang pria Jepang, memandangnya lekat
berseri-seri. Sampai di sini, aku benar-benar marah. Nyaris saja merebut ponsel Fellicia dan membant
baring terbentang di tempat tidur, tanpa selimut dengan mengenakan lingerie hitam. Sekitar lima belas detik setelahnya, seorang laki-laki naik ke tempa
plaa
ksa diriku dari berita kelam Fellicia. Memuntahkanku dari bingkai fo
Yumiko dalam keadaan baik-baik saja, aku beringsut turun dari sofa. Mendekati
*
an kening, menghunjamkan pandangan tajam penuh ta
ur. Mengambil tumbler merah jambu, membuka tutupny
kan kepala. "Lebih enak
k sehingga tak mudah untuk diriku sendiri mengartikan. Apakah sebenarnya aku mulai mempercayai berita yang dibawa Fellicia? Setidakn
h
n dia tak sanggup untuk membeberkan semua itu pada Mama tapi aku? Ya Tuhan, aku kan
anku. "Tidur lagi saja Mas, masih jam tiga ini. N
r la
sama sekali. Jangankan tidur, berbaring di sofa saja rasanya bera