Terbelenggu Obsesi Sang CEO
ngin daripada sebuah hunian. Dindingnya didominasi warna abu-abu gelap dan kaca besar yang menampilkan kerlap-kerlip lampu kota
merasa seperti penyusup di tempat yang sangat asing, padahal pria yang me
elayan di sebelah dapur," suara Xavier memecah keheningan. Ia sudah mele
lemari kayu sederhana. Sangat kontras dengan kamar utama yang pintunya terlihat megah di ujung lorong. Setelah melet
t bulu di dekat meja kopinya.
puh di atas karpet, sementara Xavier duduk dengan santai di sofa di atasnya, menyesap
tikan aku bisa tidur nyenyak. Aku punya masalah insomnia sejak lima tahun lalu. Dan karena kamu adalah
aku lakukan?" ta
nti sampai aku benar-benar terlelap. Kalau aku terbangun ka
r untuk menginjak-injak harga dirinya hingga tidak tersisa. Namun, bayangan wajah ayahnya yang pucat di rumah sakn ini dengan penuh kasih sayang saat mereka kelelahan setelah seharian jalan-jalan. Dulu, Xavier akan menariknya ke dalam pelu
kamu merasa jijik menyentuh orang yAku terpaksa," gumam Valerie, matany
wanita itu mendongak menatapnya. "Terpaksa menerima cek dari ibuku? Terpaksa pergi dengan laki-laki itu
"Cek? Laki-laki? Apa ma
"Aku tidak butuh skenario barumu. Aku sudah melihat semuanya d
rgi. Ia ingin menjelaskan bahwa pria yang dilihat Xavier bersamanya adalah sepupunya yang menolongnya keluar dari kota karena ia tidak punya
asa, bahunya pegal luar biasa, dan matanya berkali-kali terpejam karena kantuk yang tak tertahankan. Namun,
ambutnya yang masih sama seperti dulu, dan sentuhan tangannya yang lembut justru membuat emosinya kacau. Ia ingin mengusir Valerie, tapi i
ihan ayahmu kalau kamu sangat membenciku?" tanya
saat aku memberikan posisi yang dulu sangat kamu inginkan kepada wanita lain yang le
alau itu yang membuatmu puas, lakukanlah. Aku sudah hancur sejak hari aku m
uat dalam dirinya untuk menarik wanita itu ke dalam pelukannya, untuk menghapus air matanya, dan b
sedikit bergetar meski ia berusaha keras menutupinya.
aku, hampir terjatuh jika ia tidak berpegangan pada pinggiran
mengepalkan tangannya kuat-kuat hingga kukunya memutih. Ia menyam
a meter, namun dipisahkan oleh jurang kebencian yang sangat dalam. Valerie menangis hingga tertidur dalam posisi meringkuk, se
membakar Valerie, semakin ia menyadari bahwa dialah yang