Terbelenggu Obsesi Sang CEO
ang sedikit gemetar, menatap kepulan uap dari kopi hitam yang baru saja ia seduh. Ini sudah gelas ketiga. Dua gelas sebelumnya berakhir di tempat cuci piring
, ia melihat Xavier sedang berdiri di depan jendela besar, menatap hiruk-pikuk kota dari lantai
irih sambil meletakkan c
beberapa saat sebelum akhirnya berbalik. Ia berjalan mendekat, m
lalu manis
Aku sama sekali tidak
dan buat lagi nanti. Sekarang, ada tugas yang lebih penting," Xavier duduk di kursinya, menyilangkan kaki
e sambil menyentuh map
at kamu pergi. Aku mau kamu mencocokkan setiap laporan keuangan manual ini dengan
ulis tangan dan hasil print lama yang sudah buram. "Xavier, ini ribuan halaman
ntuk bekerja, bukan untuk memberi saran. Aku mau laporan ini selesai sebelum jam delapan malam. Ka
tidak adil! Kamu sengaja me
alkan aku dulu," sahut Xavier dengan nada dingin yang menusuk tulang. "Sekarang, ambil
kan map itu ke sebuah meja kecil di sudut ruangan yang jauh dari pendingin ruangan. Ia mulai membuka halaman pertam
an keberadaan Valerie kecuali untuk menyuruhnya mengambilkan berkas atau sekadar mencaci pekerjaannya yang dianggap lambat. Pun
k Xavier yang baru saja menyelesaikan makan siang mewahnya yang dipesan dari restoran bintang lima. Sisa makanan di piring Xav
ah selesai?" tanya Xa
irahat lima menit,"
ng bagiku. Lanjutkan,"
vier yang dulu-pria yang akan panik jika Valerie melewatkan jam makannya meski hanya setengah jam. Pria yang akan menyisir rambutny
an mereka berdua di ruangan luas itu. Suasana menjadi semakin mencekam. Xavier
lapora
metar karena kelelahan. Xavier memeriksanya dengan cepat, lalu dengan ge
elisih satu sen. Ulangi semuan
erlempar ke belakang. "Satu sen? Kamu menyuruhku mengul
ngga punggung wanita itu membentur dinding. Ia mengunci tubuh Vale
aligus membingungkan. "Kamu pikir kamu bisa masuk kembali ke hidupku dan mengharapkan perlakuan manis? Aku ingin kamu merasakan betapa menyebalkannya harus berju
di depan wajah Xavier. Air matanya pecah. "Kamu tidak ta
sangat dalam. "Aku melihatmu pergi dengan pria itu. Aku m
avier turun ke bibir Valerie yang bergetar. Selama beberapa detik, kemarahan di matanya berubah menjadi sesu
engan penuh kebencian, namun di detik terakhir ia memalingkan wajah d
Kamu ikut ke apartemenku," kata Xavier sambil berjalan menuju pintu tanpa menoleh lagi.
kan menjadi malam yang jauh lebih panjang dan lebih menyakitkan dari apa pun yang pernah ia bayangkan. Harga dirinya sudah
menjadi pelampiasan kebencian Xavier, ia akan bertahan, setidaknya sampai ia menemukan car