Terbelenggu Obsesi Sang CEO
kasur yang keras, tulang belakangnya terasa kaku karena semalaman ia lebih banyak menangis daripada tidur. Matanya sembap, dan kepalanya berdenyut hebat. Namun, ia
n mendapati apartemen itu sudah terang benderang. Xavier sudah rapi dengan setelan kerja berwarna abu-abu gelap, sedang duduk
anya Xavier tanpa m
aru bangun. Aku pikir kamu akan
k membayar asisten pribadi untuk tidur sampai siang sementara aku sudah siap bekerja. Dalam lima belas menit, aku
gan tangan yang masih sedikit gemetar karena kurang tidur, ia mulai memasak. Pikirannya melayang kembali ke masa lima tahun lalu, saat mereka masih tinggal di aparteme
tega yang meleleh di penggorengan tidak lagi membawa kehangatan, melaink
n, lalu meletakkan garpunya dengan denting
a, dan berjalan menuju pintu. "Ayo. Janga
ng-gedung yang berlalu. Sementara Xavier sibuk dengan ponselnya, sesekali mengeluarkan perintah tegas kepada stafnya melalui tele
merapikan gudang arsip lama yang ada di lantai bawah tanah. Ruangan itu pengap, ber
Xavier singkat sebelum meninggalkannya s
keringat di dahinya dengan punggung tangan, meninggalkan bekas hitam di kulitnya yang putih. Setelah berjam-jam berkutat de
nyataan dan foto-foto buram. Jantung Valerie berdegup kencang saat melihat foto dirinya sedang masuk ke dalam mobil bersama seorang pria
nerima dana kompensasi dan pergi
Ia tidak pernah melihat cek itu seumur hidupnya. Ia tidak pernah menerima uang sepeser pun dari ibu Xavier. Ia pergi hanya karenValerie dengan suara parau. "I
rie tahu itu hasil tiruan yang sangat rapi. Ia merasa dunianya berputar. Selama lima tahun ini, Xavier hidup dengan keyakinan bahwa Valerie adalah wanita murahan yang me
as. Xavier berdiri di sana dengan wajah ke
di balik punggungnya, tapi gerakannya terlalu lambat.
sambil melangkah maju. Auranya sangat
ma," jawab Valerie, berusaha tet
u itu dengan paksa. Saat ia melihat isinya, wajahnya berubah menjadi s
a kamu ingin mengenang keberhasilanmu menipuku dulu? Atau kamu bangga melih
uang itu!" Valerie berteriak, air mata mulai mengalir deras di pipiny
ekarang? Setelah lima tahun berlalu, kamu masih saja punya nyali untuk berbohong. Foto ini tidak bohong, Valerie! Kamu masuk ke mobil
erdebu. "Jangan pernah sebut nama ibuku dengan mulut kotor berbohongmu itu. Kamu tahu apa yang paling men
s yang berserakan. Valerie menangis sesenggukan, memeluk dirinya sendiri di tengah kegelapan gudang arsip
memburu. Tangannya mengepal kuat hingga buku jarinya memutih. Melihat foto-foto itu kembali seharusnya membuatnya merasa benar dalam
bohong yang hebat," gumamnya pada diri sendiri.
t angka-angka di monitor, yang terbayang adalah wajah Valerie yang hancur. Kebencian yang ia pelihara selama lima tahun kini mulai bergesekan dengan kenyataan-kenyataan keci