Benih Sang Kakak Ipar
n. Aura mengerjap, kepalanya terasa berat karena semalaman dia nyaris tidak tidur. Di sampingnya, kasur sudah
asih meninggalkan bekas panas yang menjalar. Dia mencoba meyakinkan diri bahwa itu mungkin cuma pengaruh alkohol yang diminum Adrian, atau mungkin dia sendiri y
i pinggangnya. Wajahnya segar, tampak sangat bersemangat. "Gila ya, air panas di sini
"Vin, kamu nggak merasa ad
imana? Dia emang begitu, Ra. Pendiam, serius. Tapi dia orang paling loyal yang aku kenal.
dutkan aku di dapur semalam dan bilang aku ini tanggung jawabnya'. Kalau dia bilang begitu, Gavin pasti bakal
i bawah. Mas Adrian nggak suka kalau ada orang yang telat k
air, dia mencoba membasuh rasa gelisahnya. Dia harus bersikap biasa saja.
bagai macam menu, dari nasi goreng sampai roti panggang. Adrian sudah duduk di kursi kebesarannya di ujung
tanpa mendongak. Suaranya
. Setiap kali dia mencoba menyuap makanannya, dia merasa mata Adrian sesekali melirik ke ar
ku buat nyiapin semua laporannya. Kamu mungkin bakal sering pulang telat, atau kalau perlu
adak banget? Aku kan baru aja pindah ke sin
ya bertemu dengan mata Aura. Ada kilatan provokasi di sana. "Lagian, kamu mau kan karir kamu naik
umnya pada Adrian mengalahkan segalanya. "Ya... kalau Ma
a. Dia sengaja menyingkirkan Gavin agar bisa bebas melakukan apa saja di ruma
yang lambat bakal ketinggalan," potong Adrian
mah menjadi sunyi yang mencekam. Aura berniat langsung masuk
mana bur
i sana, menyilangkan tangan di dada. "Ak
saya ke perpustakaan sebentar. Ada yan
ke sebuah ruangan besar yang dipenuhi rak buku setinggi langit-langit. Bau kertas lama d
l
ar seperti suara vonis
mencoba tetap tenang, meski
ggak suka diganggu kalau lagi bicara serius. Kamu tahu, Aura... rumah ini punya aturan
a tidak menyentuh, tapi kehadirannya yang dom
u nggak nyaman di sini. Saya tahu kamu takut sama saya. Tapi jujur aja
rak rak buku. "Mas, tolong... hargai
cuma tahu cara main-main, tapi dia nggak tahu cara memuaskan ego perempuan," Adrian mengulurkan tangan, kal
hnya. "Mas gila! Aku
ap malam kamu bakal terus berpapasan sama saya di lorong gelap rumah ini. Kamu nggak bisa lari, Aura. Gerbang depan dij
rin yang dirancang khusus untuk menjeratnya. Dia ingin berteriak, tapi dia ta
meletakkannya di atas meja kerja. "Itu kunci kamar utama. Mulai sekarang, kamu nggak boleh kunci pintu kamar kamu
asuk akal!"
k ke kamar kamu. Siapkan mental kamu, karena Gavin nggak bakal pul
kamarnya, membanting pintu, dan langsung menangis di balik bantal. Dia mencoba me
ak besar berwarna hitam. Di dalamnya ada sebuah gaun sutra berwarna merah marun y
akan malam. Janga
Adrian pernah bilang kalau perusahaan ayah Aura sedang kesulitan dan dia adalah salah satu investor terbesarnya. Ancaman itu
at dia bercermin, dia tidak mengenali dirinya sendiri. Diayang kancing atasnya terbuka. Saat melihat Aura, mata Adrian menyipit,
. Dia berdiri dan mena
yang mencekam. Hanya ada suara denting sendo
akannya nggak enak?" tanya
k nafsu m
Kamu butuh tenaga
ang sedang diminumn
etakkan tangannya di bahu Aura, memijatnya pelan namun kuat. "Gavin baru aja telepon. Dia bakal nginep di Cikarang
mainkan tali gaunnya. "Tapi di sini kita berdua. Cu
mendominasi indra penciumannya terlalu nyata. Dia terjebak dalam obsesi kakak iparnya sendiri, di rumah yang seharusnya me