Benih Sang Kakak Ipar
i sempat dimasuki Adrian. Matanya perih karena terus-menerus menangis, tapi rasa takutnya jauh lebih besar daripada rasa kantuknya. S
ena mengira rumah mewah ini akan menjadi tempat perlindungan. Dan yang paling menyakitkan, dia merasa dik
iri di depan cermin besar, menatap bayangannya sendiri. Matanya sembab, rambutnya berantakan, dan wajahnya pucat pasi. Dia
tangan pria itu. Aura tahu Adrian bukan tipe orang yang menggertak sambal. Kalau dia tidak tur
nya, dia merasa seperti sedang mengenakan seragam tawanan. Gaun itu memiliki belahan yang tinggi di samping djejak air mata. Dia menarik napas panjang, mencoba mene
n menata vas bunga. Namun, begitu mereka melihat Aura lewat, mereka semua menunduk. Tidak
tertata rapi, Adrian sudah duduk menunggunya. Dia sedang membaca koran sambil menyesap kopi. Pakaiannya har
pak berbatu, Adrian menurunkan korannya. Matanya perlahan m
terangkat membentuk senyuman tipis yang menyebalkan. "Duduk, Aura. Saya sudah s
tersedia roti panggang, buah-buahan segar, dan omelet yang aromanya se
mu butuh energi untuk menghadap
a Aura dengan suara serak. Dia tida
u menyadari posisi kamu. Di rumah ini, kamu aman selama kamu mengikuti kemauan saya. Kamu ingin Gavin sukses? Saya bis
" Aura menatapnya dengan
a anak kecil yang kebetulan beruntung mendapatkan kamu. Tapi dia nggak akan pernah bisa melindun
ini soal uang? Soal rumah mewah? Aku nikah sama Gavin karena
memutar meja, lalu berdiri tepat di belakang kursi Aura. Dia membungkuk, tangan
ganya. Tangannya bergerak perlahan menyentuh rambut Aura yang terurai, menghirup aroma sampo dari helai rambutnya. "Mulai hari ini, setiap kali Gavin ng
arga dirinya diinjak-injak. Dia ingin sekali berteriak minta tolong, tapi kepada
etegangan. Itu ponsel Aura yang dia letakka
Aura dan melihat layarnya dengan tatapan dingin. Dia kemudian menggeser tombol hijau dan
depan bibir, menyuruh Aura untuk dia
terdengar sangat ceria di seberang sana, k
ang membelai pundaknya yang terbu
esai meeting pagi. Mas Adrian bener-bener kasih aku tanggung jawab gede
jari telunjuknya ke bahu Aura, memberi
Kami lagi sarapan di taman," jawa
in kamu sarapan biar kamu nggak kesepian. Titip salam
tusuk sembilu. Suaminya menitipkan salam pada p
ampaikan," Aura menutu
kin dua hari lagi aku baru bisa balik. K
too," bisik
mbungan
angat bahagia. Dia merasa sukses. Dan itu semua karena saya. Jadi, kalau kamu mau ke
pa urusan bisnis dan saya mau kamu ada di samping saya sebagai sekretaris pribadi sementara. Jangan memb
untuk melawan. Dia berdiri dan berjalan perlahan menuju rumah, mening
n, di tengah keputusasaannya, muncul sebuah pemikiran kecil. Jika Adrian ingin bermain, dia harus mencari cara untuk
idak akan membiarkan Adrian menghancurkan hidupnya sepenuhnya. Jika dia harus terjebak d
dar kekuasaan. Adrian tidak hanya ingin tubuhnya, dia ingin menghanc