Benih Sang Kakak Ipar
erjalan di atas pecahan kaca. Gavin semakin jarang pulang. Suaminya itu seolah-olah ditelan oleh proyek Cikarang yang diberikan Adrian. Dan setiap kali Gavin
a-tiba masuk. Dia tidak tahu kalau setiap kali mereka makan malam bersama tanpa kehadiran Gavin, tangan Adrian seringkali seng
seperti ada yang mengawasinya. Bukan cuma perasaan diawasi oleh pela
sangat luas, dengan marmer putih yang dingin dan cermin besar yang memenuhi satu sisi dinding. Saat dia sedang mengeringka
idak diperhatikan dengan teliti. Di balik lubang kecil
hat lebih dekat. Benar saja. Di sana, tersembunyi dengan sangat rapi di balik celah dekora
ut lain dengan panik. Di balik vas bunga, di sela-sela buku yang tertata di rak dekat televisi, dan yang paling membuat dia ingin bertean bener-bener gila," bisi
ton oleh pria itu. Bayangan Adrian duduk di ruang kerjanya yang gelap, menatap layar monitor y
arus menelepon Gavin. Dia harus menyuruh Gavin pulang se
ang sekarang," Aura berbicara dengan suara
ar bingung di seberang sana. Suaranya bising, seolah
ruh kamera di kamar kita! Dia ngawasin aku bahkan di k
. Aura bisa mendengar suara mesin
u pendeteksi asap? Kamu jangan terlalu paranoid gitu lah,"
era. Ini beneran kamera! Aku lihat sendiri lensanya
ang sangat protektif soal keamanan. Rumah ini isinya barang mahal semua. Mungkin dia emang pasang sistem keamanan canggih di setiap sudut buat j
a itu terobsesi sama aku, Vin! Kamu nggak sadar selama ini gimana di
g milyaran itu, mana sempat dia mikirin hal-hal kayak gitu. Mungkin kamu cuma lagi stres karena terlalu lama di rumah sendi
ngan telep
in sudah mematikan
dak mempercayainya. Gavin sudah benar-benar dicuci otaknya oleh pengaruh Adria
ukan di pintu kamar. Bukan ketukan pelayan yang lembut,
an berdiri di sana, masih mengenakan jas kerjanya. Wajahnl melangkah masuk ke dalam kamar tanpa izin. Dia me
a langkah. "Keluar
h saya. Setiap inci dari rumah ini adalah mili
ujung jarinya. "Gavin bilang kamu ketakutan karena melihat sensor keamanan di rumah ini. Kenapa kamu nggak
ngintipin aku, kan? Mas sakit!" Aura berteri
menyebut perhatian saya sebagai sesuatu yang sakit? Saya melakukan ini untuk melindungi kamu
fsu bejat Mas dengan ngeliat aku tanpa
ura. Kamu tinggal di bawah atap saya, makan dari uang saya, dan suami kamu bisa sukses karena saya. Anggap saja kamera itu adalah biaya sewa yang harus kam
Aura mencoba meronta, tapi ke
tahu kenapa Gavin nggak percaya sama kamu? Karena dia terlalu memuja saya. Dan saya bisa dengan mudah membuat dia percaya kalau kamu
rian memegang semua kartu as. Dia bisa menghanc
sannya barusan. "Jadilah anak baik, Aura. Jangan coba-coba mencari kamera itu lagi, atau mencoba menutupinya. Biarkan say
n satu lagi... jangan pernah mencoba kabur. Semua gerbang di sini menggunaka
rah kamera yang tersembunyi di jam dinding itu. Dia tahu, di suatu tempat di
waktu untuk dimangsa. Rasa jijik dan takut bercampur menjadi satu. Dia ingin sekali merusa
i janin, mencoba menghilang dari pandangan mata-mata elektronik yang mengelilinginya. Dia menyadari satu hal yang mengerikan: d
rigala berbulu domba? Malam itu, di bawah selimut yang gelap, Aura berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan membiarkan Adrian menang
ap wiskinya sambil menatap layar monitor yang menampilkan gundukan selimut di atas tempat tidur Aura. P