Benih Sang Kakak Ipar
a seperti hantaman keras di dadanya. Dia ingin berdiri, lari ke kamar, dan mengunci pintu rapat-rapat, tapi tangan Adrian yang masih bertengger d
ampir pecah. Dia berusaha menjaga harga dirinya agarirnya nyaris menyentuh telinga Aura. Aura bisa merasakan hawa panas dari napas pri
a hormat sebagai kakak ipar. Itu aja," jawab Aura teg
asain denyut nadi kamu di sini," Adrian menekan jari telunjuknya di leher Aura, tepat di atas urat nadinya yang berdenyut kencang. "Ini bukan r
gkah. Dia menatap Adrian dengan tatapan penuh kebencian. "Mas bener-bener s
an cuaca. "Dunia ini nggak seputih yang kamu kira, Aura. Gavin itu lemah. Dia hidup di bawah bayang-bayang saya sejak kecil. Segalanya yang dia punya-mobil yang dia pakai, posisi kerj
g yang bisa Mas
lan tapi penuh intimidasi. "Dulu, waktu pertama kali Gavin ngenalin kamu sebagai pacarnya, saya udah tahu
ngga itu dua-dua, nyaris terjatuh karena gaun panjang yang dia pakai menghalang
l
di balik pintu, memeluk lututnya, dan mulai terisak. Dia merasa sangat kotor, bahkan meski Adrian belum melakukan kontak fisik yang jauh.
onselnya ke atas kasur dengan perasaan frustrasi. Dia kemudian beralih ke jendela besar di kamarnya, melihat ke
ejamkan mata di atas kasur yang luas itu, tapi setiap suara sekecil apapun di koridor luar membuatnya terjaga. Dia membayangkan Adrian sedang berd
langkah kaki di lorong. Langkah itu berat da
atanya terpaku pada gagang pintu. Pelan-pelan, gagang pintu
kl
orang di luar sana akan pergi. Namun, harapannya pupus saat dia mendeng
ngkung Adrian berdiri di sana, siluetnya tampak begitu mengancam. Dia tidak masuk, hanya berdirkunci," suara Adrian datar, tapi
ong keluar!" teri
jalan menuju lampu meja di samping tempat tidur Aura dan menyalakannya. Cahaya remang-r
utuhan kamu terpenuhi, keluarga kamu di rumah bakal aman, dan Gavin... dia bakal tetep punya karier yang bagus se
nempel di kepala ranjang. "Mas ngancem aku?
aman, Aura. Itu kenyataan. Saya punya kuasa untuk ngebangun atau ngehancurin apa
menarik tangan itu dengan lembut tapi penuh tekanan, lalu mengecup telapak tangan Aura.
..." rin
urni yang pernah dia temuin. Dia bangga banget bisa nikahin kamu. Tapi dia ng
wan, ingin menampar pria itu, tapi tubuhnya seolah lumpuh oleh rasa takut yang luar biasa. Dia sadar, di rumah ini, tidak ada yang akan datang menolongnya.
kuin ini. Mas masih punya ha
Dia mengusap air mata itu dengan ibu jarinya, gerakannya hampir teras
ginan buat menang. Dan malam ini, saya nggak akan minta lebi
jauh, membuat Aura sedikit bingung sekaligus lega. Adrian be
tadi sore, yang belum sempat kamu pakai dengan benar. Kalau kamu nggak muncul... saya pastikan besok siang G
gkur di atas bantal, terisak hingga suaranya serak. Dia merasa sedang dita
ang sama setelah semua ini berakhir, atau apakah dia justru akan hancur dan menjadi bagian dari koleksi pribadi Adrian Mahendra y