Balas Dendam Putri Konglomerat
Adij
g dulunya adalah tempat perlindungan dan kebahagiaan, kini terasa seperti penjara. Aku mencoba mencari celah, apa pun
k, bukan sendirian. Di sampingnya, ada seorang wanita paruh baya dengan dandanan mencolok dan ta
traku?" kata wanita itu, suaranya nyaring
di kalangan sosialita karena kekayaannya yang melimpah dan koneksi politiknya yang k
da beberapa pelayan yang mengikutinya masuk membawa koper-koper mewah. "Pindahka
u," kataku, suaraku ren
ngerti, ya? Kau sudah tidak punya tempat di sini. Kau hanya ibu pengganti
ndidih, dan aku merasa seluruh tubuhku gemetar. Aku melangkah
rani bicara seper
tapi ada kilatan kemenangan di matanya. Tepat pada saat itu, pintu depan te
ap untuk menampar Ratnasari lagi. Tapi Dian segApa yang kau lak
mata palsu mulai mengalir di matanya. "Dian... dia.
ebenaran. "Dia berbohong, Dian! Dia yang memulai! D
ancar jelas di matanya. Aku berharap dia akan mengusi
ku," kata Ratnasari, suaranya lemah dan penuh kepura-puraan.
kecil menyelinap di hatiku. Mungkin dia a
a memegang perutnya dan berpura-pura kesakitan
pan marah. "Aluna, lihat apa yang sudah kau lakukan! Kalau terjad
ulasi. Begitu mudah percaya pada kebohonga
mengabaikan aku yang berdiri di sana, terluka dan hancur. Ibu
gku dilemparkan begitu saja. Kamar utama, kamarku dan Dian, kini ditempati oleh
ara. Setelah Ratnasari melahirkan, se
u tidak menginginkan anak ini lagi. Apa gunanya memiliki anak jika dia harus lahir dalam keluarga
anakku menderita. Lebih