SEKEPING PERNIKAHAN
ku. Aku hanya bisa terdiam, bukannya aku tak bisa bertindak, tapi
tapi entahlah aku masih bertahan di sampingnya dengan alasan anak-anakku. Aku tak mau anakku dibesarkan dengan keadaan orang tua yang terpecah. Aku pikir Mas Bayu akan berubah, tapi sampai saat ini sifatnya masih belum berubah. Mas Bayu anak
nikmati kehidupan yang layak. Entah apa yang ada di pikiran Mas Bayu semua gajinya di transfer ke rekening Ibunya dengan dalih ingin menabung di Ibunya agar kami bisa membeli rumah. Mungkin dengan a
arena aku sama sekali sudah tidak mempunyai uang
. Ternyata benar dugaanku, Ibu mertuaku dan Adik iparku yang datang. Tanpa basa basi Ibu mertuaku
enjelasan Ibu mertuaku, mana mungkin dia lebih mementingkan cicilan motor Adik Mas Bayu dari pada aku dan anak-anak yang lebih memprihatinkan hanya di beri uang 500 ribu untuk sebulan. Secara aku dan anak- anak lebih berhak at
g celingak-celinguk tanp
k Istri Adik Mas Bayumu itu, tolong kamu mengerti, ya, Tiar
ak tak bisa jajan, mungkin makan juga cukup dengan ikan asin saja," sindirku kepada Ibu Mertuaku dan Adik Iparku.
an dihemat juga agar cukup satu bulan." Wa
ua pun perg
yak keperluan yang akan dibeli untuk keperluan masuk sekolah. Tega sekali Mas Bayu mempercayakan gajinya kepada Ibunya dan menjatah kami sedikit. Tak terasa sesak di dada, sungguh ini sakit sekali kasihan anak- anakku. Tak kuasa bu
angan anak sulungku membuat a
k." Aku mencoba me
wa Ibunya lagi menangis. Walaupun usianya baru 6 tahun, tapi pemikiran anakku sudah seperti orang dewasa. Mungkin asam manis kehidupan dan pemandangan p
bicara." Aku mendek
ada ap
kan sama Ibu?"
bu jangan nangis, ada apa
a memberikan apa yang kakak mau untuk saat in
erja di luar Negeri pasti gajinya besar?" D
gerti, mungkin ada kendala." Aku m
k selalu dekat sama Ibu." Anakku memeluk tubuhk
belikan mainan yang cukup mahal, si bungsu me
an seperti mainan punya A
nya 500 ribu, aku bisa membelikan mainan untuk anakku yang cukup mahal. Bagaimana nanti kala
ahal, nanti saja ya belinya." Aku menco
k seperti kakaknya yang sudah mengerti kesulitan Ibunya. Si bungsu bukannya menger
Dengan gayanya yang khas orang kaya, berjalan s
ilar nangis-nangis begitu?" I
n ini Bilar mau mainan seper
arus sampe nangis segala, ayahnya kan kerja ke luar n
Bu." Aku mencoba mencari-cari alasan
nya di pegang mertua, ya? kasihan banget Bu Tiara na
kan Bilar dulu." Aku berpura-pura perg
unggingkan bibirnya ke kanan-ke kiri. Dan aku pun mendengarnya, meskipun nada
Bu Ardi sendirian. Tanpa memper
si bungsu agar tertidur da
Tri
la, ternyata ada status ter
u punya rumah, uh.. senangny
ah. Karena setahuku, tadi ibu mertuaku bilang usaha dagangnya lagi tidak laku