Kembali Bangkit Hancurkan Para Pengkhianat
ang dia mencintaiku, bahwa dia berkorban untukku, bahwa pekerjaannya adalah untuk masa depan kami. Semua itu terdengar s
tangannya, jari-jarinya yang panjang dan ramping, jari-jari yang baru saja membelai tubuh Vivian. Rasa mual itu k
an karena kelemahan fisik, tetapi karena jijik yang membakar dalam diriku. Aku tidak bisa mya sendiri." Aku melihat sekilas ekspresi terkejut di wajah Gunaw
seberangnya, tersenyum dan mengobrol dengannya. Pemandangan itu menusuk hatiku. Adikku sendiri. Adik yang kubiayai kuliahnya, yang kubia
terasa terasing. Vivian duduk di sisi Gunawan, seolah dia adalah nyonya rumah. Dia bahkan mengatur piring dan gelas, memberikan Gunawan
ersihkan remah-remah di dekatnya. Hatiku berdarah. Aku melihat Vivian melirikku, senyum sinis tersungging di bibirnya. Ada kilatan kemenanga
tertawa, suaranya melengking. Gunawan memegang tangannya di bawah meja, aku melihatnya. Tangan
k bisa makan," kataku, suaraku nyaris tak terdengar. A
tanya Gunawan, p
Aku membungkuk di atas kloset, isi perutku memuntah ruah. Rasanya pahit, asam, dan
k, kau baik-baik saja?" tanyanya. Suaranya terdengar r
Sayang, ada apa? Apa yang sakit?" Dia mencoba menyentuh
seperti pisau. Aku menatapnya dengan mata pen
? Kau sakit?" Dia masih belum mengerti. Di
biarkan mereka melihat kemarahanku. Aku tidak akan membiarkan mereka tahu bahwa aku
. Air itu tidak bisa memadamkan api di hatiku. Aku teringat beberapa
an?" tanyaku lembut saat itu, mencob
u tahu, dia selalu berusaha mendekatiku. Tapi aku hanya mencintaimu, Saya
kursi roda telah merenggut pesonaku. Aku dulu seorang desainer interior yang aktif, bersemangat. Kin
" Dia pernah mengucapkan kalimat itu di altar, di hari pertunangan kami. Dia pern
adalah duniaku. Setiap malam, dia akan tidur di sofa di samping tempat tidurku, hanya untuk memastikan aku baik-baik saja. Di
tu semua hanya sandiwara? Apakah dia hanya
ung jawab. Dan Vivian, dia mengambil keuntungan dari itu. Aku tidak ak