Kembali Bangkit Hancurkan Para Pengkhianat
i berputar. Ekspresi di wajah mereka-ketakutan, keterkejutan, dan rasa bersalah yang kentara-adalah musik yang manis d
sudah di luar kendali. "Kinan, sayang, ini tidak seperti yang kau pikirkamendekat," kataku, suaraku datar dan dingin, tanpa
si sekedinginan ini dariku. Dia pasti mengira aku akan menangis, berteriak, atau hist
kemarahan di matanya, bercampur dengan ketakutan. "Kinan, kau...
dah bisa berjalan. Dan aku sudah melihat semuanya." Aku menatapnya lurus, membuat Vivian menciut. "Sepertinya k
ludah, wajahnya
mbali terbuka. Tapi kali ini, rasa sakit itu bercampur dengan kemarahan. "Dan kau, Keenan?" tanyaku, suaraku sedikit bergetar, meskipun
Air mata mengalir di pipinya. "Kak... aku...
aaf karena kau mengkhianati kakakmu sendiri? Maaf kar
lagi. "Kinan, dengarkan aku. A
tenmu di apartemen kita? Menjelaskan bagaimana kau menganggapku beban? Menjelaskan bagaimana kau me
tanya, suaranya terdengar putus asa
awamu? Tertekan karena janjimu sendiri?" Aku menatapnya dengan jijik. "Kau tidak pernah mencintaiku, Gun
"Kinan, ini bukan salah Gunawan sepenuhnya. A
peduli dengan alasanmu? Kau adalah parasit. Kau menghan
n, jangan bicara seperti itu. Kita bisa mem
membara. "Tidak ada yang bisa diperbaiki, Gunawan. Kau sudah menghancurkan segalanya. Kau sudah menghancurkan hatiku. Kau sudah meng
angkah menuju kebebasan, langkah menuju balas dendam. Aku tidak akan lagi menjadi Kinan ya
unawan berteriak,
elakangku, memisahkan aku dari neraka yang telah mereka ciptakan. Aku tid
ia. "Vic, aku butuh kau sekarang," kataku, su