icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Kembali Bangkit Hancurkan Para Pengkhianat

Bab 4 

Jumlah Kata:828    |    Dirilis Pada: Hari ini15:01

pergi. Aku akan mendengar langkahnya menjauh, dan tak lama kemudian, tawa Vivian akan mengiringi suara Gunawan di ruang tamu. Mereka tidak per

h racun yang meresap ke dalam jiwaku. Aku harus menelan semua ini, menahan diri untuk tidak berteriak,

uh, tapi aku harus berpura-pura. Aku adalah boneka yang dimainkan oleh dua orang pengecut yang tidak punya hati. Mereka pikir

"pekerjaan"nya semakin sering. Dia menghabiskan lebih banyak waktu dengan Vivian, dan Vivian semakin berani. Dia bahkan b

n sedikit menegurnya. Aku melihatnya. Aku melihat bagaimana Keenan menatap Vivian, seolah dia adalah pahlawannya. Adikku yang kubesarkan, yang kusekola

emua adalah unit. Aku adalah orang luar. A

buhnya. Dia akan mencium keningku, pura-pura khawatir tentang kesehatanku. "Bagaimana tidurmu, s

api tidak ada. Hanya kelelahan. Hanya kebosanan. Dia s

gera dieksekusi. Aku tidak bisa lagi menahan semua ini. Aku tidak bisa lagi hidup dalam keboho

skan untuk keluar dari kamar. Aku berjalan perlahan, kakiku yang kini kuat membawa beb

ai tawa, "Aku tidak mengerti bagaimana kau bisa

ncelos. Aku

i lama-lama, aku lelah. Dia hanya beban. Dan kau tahu, d

s. "Benar kan? Aku

u adalah beban? Setelah semua yang kualami untuknya? Se

ah vas bunga kecil di meja dekatku tersenggo

a-tiba terasa mencekik. Aku mendengar Gunawan dan V

an terdengar panik.

a akan datang. Aku tahu mereka akan melihatku.

. Mereka melihat vas yang pecah di lantai. Mereka melihatku, be

k melihatku berdiri. Dia tahu. Dia tahu aku bisa berjalan. Dia tahu aku

hat kakiku. Dia melihat bahwa aku tidak lump

Ekspresinya berubah dari panik menj

ngan wajah ngeri, s

yang terjadi, Gunawan?" kataku, suaraku rendah d

mencoba berkata-kata, tapi tidak ada suara yan

n senyum bahagia, melainkan senyum kematian. "Dan kau," kataku, suar

h, matanya menatapk

palanya, tidak berani menatapku. Pengk

lagi merasakan sakit di kaki, tidak lagi merasakan sakit di hati. Hanya ada amarah. Amarah yang dingin dan membar

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka