icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Kembali Bangkit Hancurkan Para Pengkhianat

Bab 3 

Jumlah Kata:917    |    Dirilis Pada: Hari ini15:01

wajahku dengan air dingin, mencoba memadamkan api yang berkobar di dalam diriku. Ketika aku

a memegang tanganku, tapi aku menariknya menjauh dengan cepat. Aku

uk angin," jawabku, mencoba terdengar meyakinkan. Aku

ng menyala. Ada pesan dari Vivian. "Sudah tidur?" Begitu tulisnya. Jantungku berdetak kencang. Wajah Gunawan menunjukka

ncah di layar. "Belum. Dia sudah mengantuk. Aku a

elapak tanganku. Rasanya seperti ribuan jarum menusuk

"Cepatlah. Aku sudah menunggumu, Gunawan. Kau tahu aku tidak bisa tidur tan

ponselnya dan menghampiriku. Dia membungkuk, mencoba mencium bibirku. Aku

ng mendesak," katanya, suaranya tergesa-g

ti-hati," kataku, b

berjalan lagi. Dia pikir aku masih terperangkap di kursi roda, buta da

ndengar pintu apartemen tertutup. Keheningan menyelimuti. Aku mendengar langkah kakinya menjauh di koridor. Lalu,

uara-suara samar dari ruang tamu. Suara Gunawan dan Vivian. Mereka ti

, Gunawan," terdengar suara Vivian

mastikan dia tidur dulu," kata Gunaw

ma. Vivian duduk di pangkuan Gunawan, tangannya melingkari leher Gunawan. Gunawan mencium lehernya, bibirnya bergerak ke bawah, ke belahan dadanya. Pakaian mereka sudah berserakan di lantai. Baju Gunawan, kemejanya

terlihat sangat bahagia. Terlalu bahagia

anita itu ke rumah kami, ke apartemen kami. Dia membagi malamnya antara aku dan Viv

han semua ini. Aku merasakan air mata mengalir di pipiku, tapi aku tidak mengeluarkan suara

lalak melihat pemandangan itu. Dia melihatku, dan kem

knya, suaranya pe

ndangku dengan wajah panik, matanya melebar. Dia mencoba menutupi tubuh Vivian

pa kau belum tidur?" Gunawan

aku tidak bisa mengeluarkan suara. Aku menekan dadaku, mencoba meredakan rasa sakit yang

raku bergetar. Aku menatap Keenan, ma

"Oh, sayang. Maafkan aku. Aku terlalu sibuk bekerja, aku lupa kau butuh istirahat.

nawan lagi. Yang ada hanyalah rasa jijik dan benci. Dia tidak tahu

tidur. "Kau tidur saja," katanya, mencium keningku. "Aku

u mendengar langkahnya menjauh. Aku mend

alau dia melihat kita?"

t apa-apa," jawab Vivian, suaranya sedikit merajuk. Lalu dia menambahkan, dengan nada

elapan. Air mataku mengalir tanpa suara, membasahi bantal. Dingin. Hat

akan membuat mereka membayar.

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka