Plis Jangan Ganggu!
arian ke aku cuma seratus ribu, mana cukup kan
na sekarang nda bisa ke salon" tangannya memegang kepalanya. Ter
, bukan bermaksud membandingkan nih mba, aku di kasih Mas Rian lima puluh ribu sehari. Itu
han pokok sehari-hari. Bahkan kadang aku melebihkan uang belanja dari yang seharusnya.
ah, orang kamunya aja ya
ukup mbak, paling kan sehari beras,
li kali minta apa ke suami gitu. Coba tampil cantik, pikirin penampilan kamu. Jangan polos po
boleh nuntut suami to mba, ha
untuk menutupi auratku. Goresan goresan make up apalah itu, a
make up selalu menghiasi wajahnya. Rambutnya terkad
sih tau malah bawel," suaranya terdeng
g. Mbak Rusmi memotong sayur. Sedan
telah aku melangsungkan akad nikah. Ia sendiri yang menawarkan diri. Padahal aku sempat menolak. Tapi ia sedikit memaksa. Rumahnya yang luas dan memiliki dua lantai menjadi pertimbanganku. Katanya banyak kamar yang tidak di pakai.
ku lahiran" ia tampak mengelus elus
udah mau lahir" Mbak Rusmi sudah sering membicarakan
lagi nanti kalau kamu hamil dan anakmu lahir" pasti Mbak Rusmi punya maksud lain membicarakan ini. Ruma
ni ya?" aku mencoba mengklarifikasi apa yang a
umah.." mbak Rusmi berusaha mengalihkan obrolan. Namun ucapannya juga masi
minta. Mbak tau sendiri gaji Mas Rian yang hanya karyawan kantor tak sebe
langsung ia mengusirku dari rumahnya. Kalau tau ujungnya begini, aku tidak akan pernah menerima tawarannya untuk tinggal di ruma
unya rumah. Kalau mbak ngomong kan aku juga ngga bisa cari tempat tinggal di tempat lain mbak. Kemarin jug
l keluarga. Mau di taruh di mana muka Mba. Ditambah ada keluarga Mas Dandi dan keluarga suami kamu. Nanti ma
u saja. Aku benar benar ia ikhlas menawari kami. Wajahnya sangat ter
um aku beli rumah. Mba yang ngomong sendiri to, rumah mbak lantai dua dan banyar kamar kosong.
uami sepertinya. Kalau kamu nikah sama dia kamu juga bakal dihormati kaya ratu sama warga sekitar. Andai kamu waktu itu nikah sama dia pasti nasib kamu ngga kaya gini Mah, sekarang pasti kamu jadi Bu bos. Eh
ni secepatnya. Ngga usah bawa bawa si Ferdi dan menghina Mas Rian," aku sungguh tidak terima dengan ucapan Mbak Rusmi
akin ia bakal tersinggung. Aku yang adiknya saja sudah sangat sakit hati. Apalagi Mas Rian yang t
an air mata yang akhirnya berhasil keluar, nyatanya aku tidak kuat menahan pedasnya hinaan mba