icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Obat Posesif Untuk Ratu Es

Bab 4 

Jumlah Kata:968    |    Dirilis Pada: Hari ini14:30

Soegiha

tuk mengendalikan setiap desahanku, mengunci rapat-rapat semua suara yang ingin keluar. Suara-suara dari kamar sebelah terus ber

engarnya juga. Aku tahu dia merasakan getaran tubuhku yang tak t

orgasme datang, tak terhitung, tak memberi jeda. Setiap kali, tubuhku melengkung tanpa sadar, dan aku menggi

aku merasakan denyutan. Bukan denyutan detak jantungnya, tapi sesuatu yang lain, di bawah

h tiba-tiba tersentak. Aku bukan sat

n membuatku lebih dekat, seolah ingin aku tidak bergerak sedikit pun. Gerakan itu, sentuhan itu, memicu

Aku be

menangkup bagian belakang kepalaku, dan tangan yang lain mencengkeram pinggangku. Dia me

karena dia mencoba melakukan sesuatu, tapi karena tubuhku yang bergerak-gerak tak terkendali

menahannya. Air mata membanjiri leher Dhimas. Aku merasa

gi, suaranya kini lebih dal

nya tidak cukup. Gairah itu terlalu besar, terlalu kuat. Ak

riku sendiri. Aku bisa merasakan setiap pori-pori kulitnya, setiap helai rambut di leher

Orgasme itu terus berlanjut, tak memberiku istirahat. Aku bisa merasakan tubuhku mengencang, lalu menge

bisa berpikir jernih. Aku hanya bi

n yang tiba-tiba terasa begitu memekakkan. Lalu, terdengar suara lan

a mengangkat kepalaku dari lehernya, menatapku. Matanya yang tajam ki

isiknya, suaran

. Aku ingin bersembunyi. Tapi tubuhku terlalu lemas. Lenganku

ngun," kataku, suaraku

pannya menyapu wajahku, lalu turun ke bibirku yang

ya, suaranya rendah.

erasa lemas dan berdenyut, tapi gairah itu masih ada di sana, bersemb

harus mengatakan apa. Aku hanya ingin m

Dia menangkup wajahku dengan kedua tangannya, memaksa mata

padaku? Aku tidak tahu. Aku tidak pernah ingin dia melakukan

ahu," bisikku, air ma

g yang sudah retak di wajahku. Lalu, dia meng

" tanyanya, suaranya lebi

ntuk pergi. Tapi bibirku, entah kenapa, tidak bisa mengeluarkan kata itu.

a merasakan napas hangatnya di bi

mendominasi, menuntut, dan penuh gairah. Bibirnya yang tebal meneka

ri otakku. Aku melengkungkan punggungku, dan tanganku seca

ng lebih besar. Orgasme itu datang lagi, lebih kuat dari sebelumnya, membuat seluruh tubu

eluar dari tenggorokanku. Ini adalah erangan yang pen

pelukan Dhimas. Kepalaku terasa kosong, tubuhku lemas, tapi gai

lat. "Masih ingin berhenti?" tanyanya

pipiku. Aku merasa sangat malu, sangat kotor, tapi di saat yang sama, a

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka