Obat Posesif Untuk Ratu Es
Soegiha
anya bisa bersandar pada Dhimas, tangannya masih memegang bahuku dengan kuat. Aku merasa seperti boneka ka
eberadaanku. Aku menginginkannya. Aku menginginkan Dhimas. Aku menginginkan kelegaan yang hanya bisa dia berikan
ranya lagi, rendah dan t
s. Tidak ada kata yang bisa keluar dari bibirku. Lidahku terasa k
u, memproses setiap detail kecil: tubuhku yang gemetar, napasku yang terengah-engah, mata
n mudah tertipu dengan alasan "masuk angin" a
ngambil keputusan penting. Ketika dia membukanya lagi, tatapannya berubah. Ada s
h lembut, tapi tetap mengandung otoritas
u tersandung, tapi dia menopangku dengan kuat. Tubuhku menempel padanya, dan sensasi itu meledak lagi.
Gairah itu berteriak lebih keras lagi. Aku merasakan orgasme lain datang, tanpa peri
ingin mencakar dinding, merobek pakaianku sendiri. R
bawahku, seolah menopangku agar tidak jatuh. Tangannya yang lain kini menekan pinggangku, memastikan tubu
memelukku, menekan tubuhku yang gemetar ke tubuhnya. Aku bisa merasakan det
uaranya kini lebih dalam,
kat. Aku tidak punya tenaga untuk melawan, atau bahkan untuk berj
enyamping di pangkuannya, wajahku menghadap ke arahnya. Tubuhku yang gemetar kini bersandar se
Aku tahu. Aku tahu apa yang sedang terjadi padaku. Dan dia tahu juga. Aku bisa mel
nya sangat rendah sekaran
pala, air mata kembali mengalir
kali ini terdengar lebi
kembali. Kali ini, lebih jelas. Desahan. Tawa g
sensitifnya aku terhadap suara-suara itu. Dan sekarang, aku berada di pangk
mpat datang, dan kali ini, aku tidak bisa menahan erangan yang lebih keras. Kepal
gungku, menarikku lebih dekat padanya. Tangannya yang lai
ah dan mendominasi. "Jangan ber
begitu maskulin dan memabukkan. Itu adalah campuran keringat, aftershave,
h. Tapi tubuhku yang lemas tidak punya kekuatan. Aku seperti terperangkap
alam, sentuhan-sentuhan yang lebih berani. Itu semua seperti racun
sentuhan Dhimas, oleh aroma tubuhnya. Ini adalah siksaan yang mengerikan, puncak dari PGAD-ku. Tubuhk
asti merasakannya. Aku tahu betapa memalukannya ini. Tapi aku tidak bisa menghentikan
yang berhasil kutahan sebagian besar. Aku berharap dinding kayu tipis ini cukup untuk menutupi
utku dengan gerakan menenangkan, tapi di saat yang sama, san
ya, napasnya hangat di t
ebuah deklarasi. Sebuah deklarasi bahwa dia kini memegang kendali. Atas d