icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Obat Posesif Untuk Ratu Es

Bab 2 

Jumlah Kata:1125    |    Dirilis Pada: Hari ini14:30

Soegiha

dengan intensitas yang mengerikan. Aku mencoba bernapas pelan, memaksakan diriku untuk tetap t

Rasanya seperti ada duri di tenggorokanku. Aku memaksakan sen

kutinya, setiap langkah adalah siksaan. Sensasi di antara kakiku semakin kuat, seperti terbakar dan gatal secara bersam

uara dari luar. Ini hanya akan memperburuk keadaan. Aku sudah bisa mendengar tawa-tawa reka

itu kecil, hanya ada dua tempat tidur single yang dipisahkan oleh sebuah na

it ruang bernapas. Tapi ruang ini terlalu sempit. Kehadirannya saja sudah menyesakkan. Aroma

semakin ganas. Aku mencoba menarik napas dalam-dalam, menghembus

gan. Dia sudah melepas jaketnya dan melipat lengan kemejany

baik-baik saja." Aku berbohong. Aku tidak

ahan, jalang. Karierku akan tamat. Semua yang kubangun, perlahan-lahan akan runtuh. Aku sudah bekerja keras untuk sampai di

ikan-bisikan, dan kemudian... suara desahan samar. Sialan. Mereka sedang bermesraan. Suara-su

di lidahku. Ini satu-satunya caraku untuk sedikit mengalihkan perhatian dari pend

idak apa-apa?"

aya... saya hanya sedikit kedinginan, Pak

dahiku. Sentuhannya seperti sengatan

etar," katanya, nadanya datar ta

kecil terjadi di dalamku. Organ intimku berkontraksi dengan kejam. Napasku t

mbang panas yang membanjiri, memaksaku untuk melengkungkan punggung. Aku memej

ng. Jangan di sini.

tubi. Ini adalah pengalaman yang mengerikan, orgasme yang datang tanpa rangs

memalukan di antara kakiku, tanda yang tak terbantahkan. Sebuah orgasme. Orga

sedikit mengernyit. Aku tahu, aku tahu dia pasti melihat sesuatu. Pipi

riku. Itu adalah tatapan yang terlalu tajam, terlalu

anyanya lagi, suaranya kini lebi

berbicara. Aku ingin menghilang. Aku ingin l

lagi, mendekatiku. S

ksi, dia meraih selimut tebal dari tempat tidurnya, dan

. Kehadirannya begitu dekat. Aroma maskulinnya, yang kini semakin kental, menyerbu hidungku. Aku bisa melihat

i dengan kekuatan dua kali lipat. Orgasme kedua datang, lebih kuat, lebih menyakitka

ar. Sensasi yang tak terkendali itu menguasai diriku.

nyaris tak terdengar. Aku mendorong selimut itu dari pu

asalkan jauh darinya, jauh dari ruangan kecil ini, jauh dari sentu

r justru tersandung karpet. Tubuhku yang l

r

dingin. Rasa sakit itu, untuk sesaat, mengalihkan

embantuku berdiri. "Gisela!" serunya, nada

Tubuhku yang lemas bersandar padanya, tak berdaya. Aroma tubuhnya, kehang

ak bisa mengendalikan apa pun lagi. Bahkan pikiranku pun terasa kabur. Orgasme keti

nya. Dia pasti mendengarnya. Dia p

nelanku hidup-hidup. Air mata mulai mengalir di pipiku, bukan kare

in, lebih serius. Dia menahan bahuku, membuatku tetap berdiri di depa

iku. Aku merasa seperti mangsa yang tertangkap basah, dan dia adalah predator yang b

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka