Boneka Suami, Kebenaran Pahit Terkuak
berusaha menyesuaikan diri dengan kegelapan yang pekat. Aku merasakan sisa-sisa gai
mas, seperti habis berlari maraton. Aku bu
pukul tiga pagi. Badai di luar masih mengamuk, petir menyambar-n
ku bangkit dari tempat tidur. Gel
sudah hafal tata letak rumah ini, bahkan dalam gelap sekalipu
ngin dan kasar menyentuh pinggangku, merayap per
Tidak, ini terlalu bes
pisnya, tapi tangannya terlalu cepat. Ia
in berteriak, tapi suaraku tercekat di tenggo
enahanku. Tubuhku merapat pada tubuh yang lebih besa
erak berbisik di telingaku. Suara itu ter
ah
el erat padaku, memelukku dari belakang. Aku b
nya lagi, suaranya penuh godaan.
ndengar suaranya. Setidaknya ini bukan orang asing. Tapi kemudian, ide
n yang mencekam. Aku merasakan sesuatu yang keras dan pana
esar dari yang kubayangkan. Meskipun terhalang kain p
u di lift, tentang bagaimana rasanya jika aku tidak m
kan di lift, kini lenyap tak bersisa. Dig
badai, tapi dinginnya ketakutan. Ketakut
gi fantasiku yang gelap. Ini adalah ancaman n