Boneka Suami, Kebenaran Pahit Terkuak
t ke tubuhnya. Jemarinya yang tadi berada di dalam, kini bergerak perlahan k
u sedikit ke atas. Bukan hanya kain luar, tapi juga kain dal
agi. Wajahnya mendekat ke telingaku. Aku bisa merasakan napasnya
. Aku merasakan desiran aneh di tulang punggungku.
coba terdengar tegas, tapi
h mertuaku. Apa yang sedang kulakukan?
Aku tidak bisa membiarkan diriku ja
rong bahunya sedikit. "Ayah Tjahjo," katak
tangannya dengan cepat, seolah tersengat listrik. Aku mera
u dan jijik membakar wajahku. Aku hanya me
ia menarik tubuhnya menjauh dariku. Ada kekagetan, ke
ng lain. Sesuatu yang besar, sangat besar, menonjol
at yang seperti itu sebelumnya. Bahkan Ran
hu seperti apa pria. Sudah banyak pria yang kutemu
yang luar biasa. Jika saja aku tidak tahu siapa di
acam apa itu? Dia ayah mertuamu.
upi area yang tadi terekspos. Aku harus terlih
suaraku terdengar lebih tenang dari
ak berkata apa-apa. Wajahnya masih p
erpisah oleh beberapa inci yang terasa seperti jurang. Hanya suara
ah tidak terjadi apa-apa. "Penampilanmu terlalu menarik. Banyak pria hidung belang di luar
a melecehkanku. Sekarang ia menasihatiku ten
Jika aku tidak mengatakan siapa aku, jika aku
jo menyeretku ke tempat yang lebih sepi
, mencoba menghalau pikiran-pikiran kotor
sentuhan Tjahjo terasa. Bisikan tentang bagaimana tubuhku bereaksi.
. Tubuhku seolah memiliki pikirannya sendiri, melaw
ari keluar. "Ayah Tjahjo, aku harus pulang," kataku cepat,
, jantungku berdebar kencang. Aku
ur. Aku melepas semua pakaianku dengan cepat, merasa
enuhi oleh bayangan Tjahjo. Bukan Tjahjo yang tua dan menjiji
yang bisa memenuhi hasratku yang membara. Aku tidak peduli siapa dia, dari man
hilang. Aku ingin gairah, sentuhan, kehangatan, sampai aku t
hjo, dan satu pikiran yang terus muncul: apa jadinya jika aku tid
rena dia ayah mertuaku, atau karena