Boneka Suami, Kebenaran Pahit Terkuak
/0/30647/coverbig.jpg?v=441e047cedadaa8421b477490835d107&imageMogr2/format/webp)
it, berjanji akan melindungiku dari hukum setela
menerobos masuk ke kamarku dan mencoba memper
mbela diri, aku menghantamny
penenang, bersikap layaknya pahlawan yang s
fikasi pesan menyala di layar pons
a B Ber
seketika
sering, desakannya agar ayahnya menginap di rumah kami, hingga seny
aku hany
n ayahnya melecehkanku, hanya untuk meminjam tangan
digantikan oleh nyala api de
na, kamu piki
u, dan memastikan kamu yang akan
a
ebih dari sekadar kesendirian membisu y
lekuk tubuhku sendiri. Dingin. Sepi. Ruangan ini terlalu besar untuk sa
kulit. Sensasinya aneh, memuaskan sekaligus hampa. I
u, meskipun pudar, masih lebih nyata daripada apa pun yang bisa kuberikan pada
ih besar dari perempuan lain. Itu bukan aib, itu adalah bagian dariku.
aut yang kuat. Setiap beberapa hari, atau bahkan setiap malam, aku mer
l. Untuk bisa berpikir jernih, untuk tidur tanpa gelisah, untuk
rah, dan kosong. Dunia terasa hambar, warnanya pudar. Aku sepert
pasanganku, belahan jiwaku. Sentuhannya adalah api yang menyalaka
yek di luar kota yang tak berkesudahan. Minggu ini, ia sudah per
a mengabaikannya, mencoba mengalihkannya. Tapi hasratku tidak bisa diti
ngka di laporan berputar-putar. Wajah-wajah kolega t
damkan api yang membara. Tapi tak ada yang berhasil. Sentuhan jariku
aja, asalkan dia bisa memberiku apa yang Rangga tak lagi berikan. Aku membe
rharap keramaian bisa mengalihkan pikiranku. Berharap hir
-orang di sekitarku. Lift yang penuh sesak menjadi tempatku terjebak,
elusuri punggung bawahku, naik perlahan ke pinggul. Aku ingin berteriak, ingin menepis.
Tapi tubuhku, yang diabaikan terlalu lama, mengirimkan sinyal campuran. Ada
t umum, di transportasi umum. Aku selalu merasa kasihan pada mereka. Tapi, aku tidak pernah ber
kukira. Dan itu menakutkan. Aku adalah mangs