Racun Dokter Hancurkan Hidupku
/0/30646/coverbig.jpg?v=deee65eda82bb2e0361df839c61d8ca9&imageMogr2/format/webp)
eri misterius, aku diam-diam mendatangi Dr.
"terapi" menjijikkan di mana dia membiusku, melec
engemis" sentuhannya-efek dari obat yang dia seb
pir gila karena ketergantungan a
eriksaan dari rumah sakit
rtanya dengan
mengonsumsi stimulan dan
aku tid
a meracuniku agar a
nyap, berganti dengan ap
itu, bukan sebagai pasien,
a
Tumangg
ung selama berminggu-minggu sekarang. Aku mencoba mengabaikannya, berharap itu akan hilang dengan se
uk. Aku membalikkan badan, meringkuk, tetapi tidak ada posisi yang terasa nyaman. Rasa tidak
suamiku, menjadi mimpi buruk. Setiap sentuhan terasa seperti disayat pisau, menyebabkanku meringkuk kesakitan. Aku t
u panjatkan setiap malam, bahkan mencoba berbagai posisi yang aku baca dari m
sku adalah melayani suamiku, memberinya keturunan. Tapi aku tidak bisa melakukan salah satu
Sebagai wanita terhormat, reputasi adalah segalanya. Apa yang akan orang katakan? "Saskia Tumanggo
dengan ibuku yang paling dekat sekalipun. Ini terlalu memalukan. Ini adalah aib yang harus a
idak punya pilihan lain. Aku harus mencari bantuan profesional. Aku harus menem
atakan aku ingin membeli beberapa kain baru untuk membuat baju. Dia
ng spesialis kesuburan dan ginekologi terkemuka. Reputasinya cemerlang, m
gan jendela-jendela besar dan taman yang terawat rapi. Terasa asing, tapi juga entah bagaim
para perawat bergerak dengan efisien. Aku memberikan namaku pada
r. Victor akan segera menemui A
wayat kesehatanku terasa seperti mengungkap aib. Taufik duduk di sampingasa seperti berjam-jam, seorang
akan ikut saya k
k, memberiku senyum meyakinkan. "Aku akan menunggu
suri koridor yang panjang. Setiap langkah terasa berat,
Ada kursi periksa besar di tengah ruangan, dengan sanggahan kak
segera datang." Perawat itu tersenyu
ak pernah membayangkan akan berada di sini. Aku selaluk napas dalam-dalam, mencoba menenangkan detak jantungku yang berpacu. Aku hanya ingin ini cepat
ia bisa memberiku jawaban, bisa memberiku kembali diriku yang dulu. Aku berdoa dala
ng masuk. Aku tidak berani melihat. Hanya mende
angkan, dan penuh percaya diri. Itu seharusnya membuatku merasa lebih bai