Dendam Putri Liar Sang CEO
/0/30638/coverbig.jpg?v=483e73c3f98310e9bbfe3468bbac7c51&imageMogr2/format/webp)
ni, berharap CEO dingin itu bisa
h kekasih istimewanya, samp
eza memenangkan lelang bro
dak memberik
nita manipulatif yang ia angga
rkan warisan ibuku itu ke lantai, me
. Aku menampar E
atapku dengan jijik, dan memerintahkan peng
intaku padanya mati, diga
ok dan datang memohon kembali padaku,
n, tapi untuk mengha
rena merasa dimaafkan, aku menguras habis data rahas
ahreza. Ini harga y
a
sha
tapi kepada ide yang lebih busuk-ide tentang rehabilitas
ang "liar" bisa menjadi seseorang yang berbeda. Di sini, di balik dinding penthouse mewah ini, aku bukan lagi asisten
bisik. Aku merasakan otot-otot di bahunya menegang sedikit. Fahreza selalu
dangan kota di luar jendela. Sebuah pertanyaan tanpa em
ruangan, tapi karena responsnya. Apa yang kami miliki ini? Terkadang, aku merasa se
ku ingin melihat apakah ada sedikit pun kecemburuan, sedikit pun kekh
ihanmu. Berikan saja padaku nama perus
seolah sebilah pisau menghujam jantungku. Rasa sakit itu begitu ny
ng tersisa di ruangan, dan bau maskulinnya yang perlahan memudar dari seprai. Aku meraih ponsel di meja sampin
karta. Elok tampak rapuh dan cantik dalam balutan gaun sutra tipis, tersenyum ke arah Fahreza yang menggenggam tangannya
npa ada pegangan. Rasa mual melanda, perutku bergejolak. Aku m
ia ucapkan, hanya untuk kemudian diingkari. Aku ingat setiap kali aku mencoba mendekat, ia akan menarik diri. Selalu ada "pekerja
sakit itu membanjiri seluruh tubuhku, bukan karena gaun yang rusak, tapi karena h
elinap melewati kerumunan dan kamera wartawan. Aku melihat mereka. Fahreza dan Elok. Dia
ng bersembunyi di sudut, menyaksikan kebahagiaan yang seharusnya menjadi milikku. Aku melihat Fahreza memakaikan syal di leher Elok,
ya pilihan kedua, atau bahkan ketiga. Aku hanyalah rahasia kotor di bal
ri liar" dari keluarga konglomerat, selalu mencari cara untuk memberontak. Aku tidak pernah peduli dengan reputasi, yang pen
arakter" yang konyol. Aku membenci segalanya tentang itu. Aku membenci kemej
" suaranya menggelegar, dingin dan tajam seperti es. Aku mendengus, sengaj
saya bisa melakukan apa saja?" A
m elang. "Anda di sini untuk bel
r jadwal rapat yang membosankan? Membac
kreaksiannya yang membuatku semakin penasaran. Aku ingin melihat apa ya
u ia masih di kantor. Aku mencoba masuk ke servernya, hanya untuk iseng,
na Wangsadinata?" Suaranya
hat marah, hanya... tertarik? "Hanya mengecek keamanan s
tiap langkahnya terasa se
yum tipis terukir di bibirnya, senyum pertama yang kulihat darinya. Dan di saat it
gi dingin. Sentuhannya membakar, bisikannya memenuhi telingaku. Aku merasa
ya kami memiliki sesuatu yang istimewa, sesuatu yang nyata. Ia adalah
kasih, ia akan menarik diri ke dunia "pekerjaan" dan "kesibukan". Ia tidak pernah memperken
hari ulang tahunku. Aku menunggu di restoran mewah, mengenakan g
h sakit. Elok pingsan karena kelel
ati, dipermalukan. Semua janji, semua sentuhan, semua bisikan, semuanya adalah kebohon
ah ide gila melintas di benakku. Sebuah ide yang akan mengub
pada bros zamrud di kerah gaun Elok. Bros yang Fahreza
isik, "Sayang, bisakah kau mengambilkan mainan untuk anjingku? Ia sangat menyukai benda b
lembut padanya. "T
ke lantai di dekat anjing Elok yang sedang bermain. Anjing itu segera mencengker
. Itu bukan hanya bros. Itu adalah warisan ibuku. Itu adalah kenangan terakhir
ar, rasa sakit yang menusuk, semuanya meledak. Aku melihat Elok menyerin
tidak peduli dengan kerumunan orang, tidak peduli dengan Fahrez
uh. Suara tamparan itu begitu keras, menggema di seluruh
t hingga aku merasa pergelangan tanganku akan patah. "Alish
"Kau melihatnya, Fahreza?! Dia menghi
gi pipinya yang merah. "Fa
ah makhluk paling menjijikkan di dunia. "Kau su
dicabut dari tubuhku. Di
basahi pipiku. Tapi ia tidak mendengarkan. Ia menyoron
i. Ke rehabili
mi banyak orang. Tatapan mereka seperti pisau yang mengoyak-oyak harga diri
enyum kemenangan yang kejam. Aku tahu saat itu, aku har