Rara Series - Jerat Tanpa Tali
/0/29932/coverbig.jpg?v=01a240dfd4786fb98b7533b64b06c97e&imageMogr2/format/webp)
dak tertutup rapat. Sekilas aku terkejut-tubuhku terasa dingin, dan ak
k, aku tidak yakin apakah masih bermimpi atau sudah bangun. Sprei terasa dingin, dan
tu muncul perlahan- kabur, tapi cukup menyakitkan. Aku ingat bagaimana Jo, temanku, m
hhh... ahh
erdengar jelas di telingaku. Aku ingin memejamkan mata, tapi tubuhku tak mau berge
i benda di ruangan ini-ada, tapi tidak dianggap. Aku ingin marah, tapi tidak tahu kepad
dara tetap terus bergerak, membawa aroma yang ingin kulupakan. Aku sadar-hari itu adalah hari
buat dadaku berdebar, bukan karena ingin tahu, tapi karena ingin lari. Aku ingin bangkit, tapi tubuhku
dak ada rasa bersalah di sana-hanya senyum kecil dan ding
pelan, tanpa menghentikan gerak
. Centia sempat menoleh, rambutnya berantakan, wajahnya sulit dibaca. Ia tersenyum tipis-bukan
u. Jo dan Centia tampak tetap tidak peduli dengan kehadiranku. Suara
on adegan film, tapi aku ada di dalamnya. Aku ingin menutup telinga saat desahan Centia mak
u sesak, bukan karena cemburu, tapi karena perasaan aneh yang sulit dijelaskan: campuran anta
Senyumnya melebar-se
aja?" bisiknya pel
bagian dari
angannya tak bisa kutebak-a
nya dengan
mu nggak g
membuat pikiranku jadi kacau balau. Ada sesuatu di balik tatapan me
yang belum kumengerti sepenuhnya. Tatapan mereka terasa seperti ajakan dari sisi gelap: menggoda,
dan Jo tersenyum seolah semuanya sudah ditakdirkan, ada sesuatu di dalam di
Enakk.
erakan, setiap napas terasa mengundang. Aku menelan ludah, jemariku masih mencengkeram
annya bergerak ke leher Centia, le
Semalam aja udah kelihatan-ka
at tubuhnya yang menyentuhku untuk pertama kalinya, bisikan lembut di telingaku yang menggunc
eras-bukan karena takut, tapi karena sesuatu yang sulit dijelaskan, dan tidak bisa kukendalikan. Tatapan mereka membua
i lututku. Tidak ada kata yang terucap. Hanya Jo dengan aura tegasny
ya. Dunia mungkin akan berubah besok, tapi hari itu aku memilih untuk larut bersama mereka-dan ber
, sementara Jo menatap kami dalam diam-tatapan yan
ack," bisi
bahwa dialah yang masih memegang kendali. Aku tak menjawab
i sejenak. Rasanya aneh, tapi juga terasa benar-seperti menemukan se
k nyangka kamu
an itu. Untuk pertama kalinya hari
tiap sentuhan terasa semakin dalam. Centia sempat menatapku sebelum kembali memejamkan mat
cepat dan kuat. Tubuh Centia bergoyang di antara kami: dikuasai oleh gerakan Jo, tapi juga memegangku e
gak kuat lagi..." bisik Centia d
panjang, hampir sep
" kataku pelan sambil t
menatapku dengan pandangan
gi... aku mau keluar," ujarnya
enunggu detik itu lewat. Tatapannya mengarah ke langit-langit, pupilnya bergetar dalam cahaya r
emacam pengertian di antara kami- bahwa momen ini bukan tentang si
lu. Aku menatap Centia; wajahnya tampak tenang diterpa cahaya lem
h Centia kehilangan tumpuan dan jatuh tengkurap. Ia berguling pelan sebelum akhirnya berbaring menat
suatu yang belum selesai. Jo tersenyum tipis. Tatapannya samar tapi tajam. Ia menyentuh bibirnya denga
ya menyentuh daguku dan mengangka
aja. Tapi matam
t ujung jarinya turun
hat aku main
on yang enggan pergi dari sebuah pertunjukan, lalu tersenyum kecil. Aku tidak berkata apa-apa. Aku hanya
dari leher ke dada, lalu ke perut. Sentuhannya membuat jantungku be
isa menahan napas ketika tangannya menyentuh kulitku. Aku berkedip c
iknya pelan, tangannya
kaget. Padahal mata
il di bibirnya- seolah tahu aku tidak bisa menyembunyikan apa pun. Jo tiba-tiba menari
a di telingaku, napa
en dari tadi...
ak tahu bagaimana Jo bisa tahu apa yang kurasakan. Aku
makin gugup. Aku tidak bisa menolak, tapi juga tidak tahu harus bagaimana. Jo tertawa kecil, seolah
kok," katanya,
h banyak dari
an tertawa pendek. Tangannya bergerak ke pinggan
giliranmu,
api jelas bukan aj
sana hening terasa aneh-campuran antara canggung dan tegang. Ak
gsung nurut," katanya santai
ai kecil-antara men
bentar, ya
. Ruangan terasa padat, dipenuhi oleh gairah sekaligus misteri.
tampak lelah. Di bawah cahaya lampu, ia terlihat sedikit berbeda-bukan lagi penuh gairah, me
a seolah sedang mencari sesuatu dengan hati-hati. Beberapa detik kemudian, ia mengeluar
but saat Jo meletakkannya di atas kasur dan duduk di depanku. Ia membuka kotak kecil itu perlaha
eperti yang dipakai Centia. Aku mena
a tuan?" tan
kening, belum
nya tuan gimana
u kudukku berdiri. Ia mendekatkan gelang itu ke tanga
mulai saat itu kamu bukan milikmu s
embus pertahanan yang selama ini kujaga. Gelang itu terasa d
an.
artinya. Kedengarannya aneh, tapi entah kenap
g tidak akan dibocorkannya. Jo mendekatkan wajahnya hingga hampir menyentuh bibirku, tapi tidak b
rawananmu padaku sema
angkah lagi... biarin ak
nganku-belum sampai terkunci. Tapi aku tahu, jika aku membiarkannya
in tahu apakah aku akan menolak atau menyerah. Aku terdiam. Dunia terasa hening. Hanya ada tiga detak
n. Aku tahu apa yang akan terjadi jika aku memakainya. Aku tahu apa yang akan kuberikan, dan apa yang ak
sir rasa kering di tenggoro
elingkarkannya di pergelangan tangan kiriku. Tarikannya pas-c
hanya mengangguk, dan dari ta
kan segalanya. Kini aku sepenuhnya
"setiap kali aku nyuruh sesuatu
dan menjawab pel
takut, tapi karena lega. Seo
api tenang. Ia mengusap bibir bawah
i dunia kita y
likku sendiri, melainkan miliknya-Jo, tuanku. Aku tidak tahu apa yang menanti di depan, tapi aku tah
, T
ut, senyum tipis munc
olah aku baru saja menemukan tempatku di dunia. Untuk pertama kalinya, aku tidak merasa kosong. S
ma, berpadu dalam ritme yang menenangkan. Untuk sesaat, aku tak lagi memikirkan benar atau salah, hanya merasa b