icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Rara Series - Jerat Tanpa Tali

Bab 4 Aku Mulai Menikmatinya

Jumlah Kata:2999    |    Dirilis Pada: 16/11/2025

, dan kami hanya memakai handuk. Kalung di leherku ikut bergerak setiap kali aku melangkah. Rasanya be

seperti sudah tahu apa yang harus dilakukan. Suara lonceng dari kalung kami

n melangkah sendirian. Perlahan, langkahku mulai mengikuti langkahnya. Dan un

ya. Ia mengangkat kepala ketika mendengar langkah kami. Aku mengikuti Centia dan ber

t. Matanya bergantian menatap aku dan Centia-tenang, tetapi tajam. Ia

" katany

yan. Waktu aku selesai ma

engan celemek kecil. Banyak pertanyaan muncul di kepalaku-sejak kapan mereka menyiapkan ini, ken

erjalan melewati kami menuju ka

enyum kecil, seolah sudah t

a set seragam yang sama-hitam di luar, putih di depan, dengan celemek berenda. Melihat se

tapi rasanya asing dan membuatku tambah gugup. Aku melihat pantulan diriku di cermin-kalung di leherku, seragam di tanganku, dan p

erahkannya padaku. Tanganku bergetar ketika menerimanya. Ka

Centia mendekat

g. Aku

etar memegang seragam itu, tetapi sentuhan Centia-lembu

ng paling berat," bisik

. kamu akan m

aku-masih setengah telanjang dengan handuk hampir jatuh-berada tepat di depan pintun

min," kata

ertinya kamu suda

p, seragam yang tampak pas di tubuhku. Centia membantuku mengenakan baju hitam itu perlahan. Tanga

set seragam satunya. Tanpa banyak bicara, ia mulai bersiap juga. Gerakannya teratur-seperti ritual

rdampingan dengan pakaian yang sama membuat dadaku terasa aneh

ekarang," ka

an suka me

knya sambil merapikan c

u yang sebenarnya s

i sana-dan sesuatu yang dalam, seperti ia mengerti b

ngan tanya dirimu siapa aku. Tapi ta

kamar tetap hangat. Jo keluar hanya dengan handuk putih melilit pinggangnya. Kulitnya masih basah, berk

erlu banyak bicara-tatapannya saja sudah cukup. Beberapa langkah di depan kami, ia berhen

kalian udah siap,

ertama kalinya Jo memanggilku pelayan. Aku tahu sebutan itu bukan se

ingga mata kami sejajar. Gerakannya tenang, tapi jelas menunjukkan kendali. Aku menatapnya dalam-dalam,

pas pelan seb

i lebih cantik paka

a menyerang. Napasku tertahan, jantungku berdegup kencang saat ujung jarinya menyentu

knya dengan senyum t

etap di sini

nya terasa begitu nyata. Sentuhannya seperti bentuk pengakuan. Panggila

tai tanpa suara. Ia duduk tenang, telanjang di antara kami

ebelum berbicara dengan

berdua,

tertunduk, terlihat sangat terbiasa. Aku menatapnya, berusaha menenangkan detak jantungku yang terasa semakin cepat. Aku pun menuru

antung terasa berat-hanya terdengar detak jam dan napas pelan

a," ucapny

kan di

emastikan Jo memperhatikannya, lalu mulai

ucapny

bilang. Dia cuma mau kamu siap d

Dalam hati aku tahu, ini bukan sekadar latihan-ini awal dari sesuatu yang lebih besar. Aku hanya per

dah dan menund

n Jo," bis

beri isyarat lewat tatapan-dan itu sudah cukup membuat kami mengerti

uk pelan, memberi tanda

bisik Centia sambi

uju padaku- tenang, tapi membuatku tidak bisa berpaling. Aku menarik n

pai ke betis. Aku tahu ini bukan tentang kesenangan semata, tapi ten

ya begitu kuat-aku sadar ini bukan sekadar perintah, tapi

idahmu," bis

i itu

um sempat berpikir, Cent

ir kamu pantas atau nggak

uhan pertama terasa aneh-asin dan hangat, sisa dari air mandi yang belum kering. Aku terus menjilat

ya keinginan untuk melakukan yang terbaik. Setiap gerakan terasa seperti janji baru-aku siap

ng kakinya sekali lagi, Jo mena

.." bis

epat be

dan dipercaya. Sesaat, aku hanya bisa mengangguk pelan sambil mencoba menenangkan diri, membiarkan

ang, menatapku dengan pan

kat wajahmu,"

ingin memastikan aku benar-benar siap. Setelah beberapa det

g, kamu bukan

ntar agar kata-k

pela

erlahan memudar. Untuk pertama kalinya, aku mulai menikmati peranku. Ada ketenangan saat aku tahu di mana posisiku

Tuan

ikut menggemakan tekad yang baru saja kuucapkan. Mataku masih berkaca-kaca, tapi kali ini bukan karena t

, memperhatikan setiap gerak dan ucapanku. Ada kepuasan di mat

a dengan suara t

in nanti. Aku cuma berharap kamu terus mau belajar dan ber

mencoba terlihat yak

Jo," gumam

at apa pun y

benar-benar siap untuk langkah berikutnya. Tak lama kemudian,

kuin sesuatu bua

sih banyak yang akan terjadi, tetapi aku tidak ingin mengecewa

an," bisi

aku harus n

a tugasku selanjutnya. Aku akan melakukannya sebaik mun

ampai ke dalam diriku. Ia terdiam sebentar, menikmati ket

ekat," kat

terbuka. Nafasku mulai cepat- bukan karena takut, tapi karena sadar

katany

ti yang ia minta. Ia lalu memasu

is

as di momen itu. Lidahku bergerak lembut mengikuti perintahnya-

ncoba menenangkan napas. Sedikit air liur masih terasa di bibirku, meninggalkan sisa rasa dari apa yang baru saja terjadi. Aku m

, pela

h banyak. Aku ingin menunjukkan bahwa aku benar-benar miliknya. Jo terlihat menikmati semangatku;

bih lebar, lalu j

terjulur dan diam di bawah bibir. Aku tidak tahu apa yang akan terja

ata. Aku menatap tanpa berkedip, menunggu. Jantungku berdetak pela

h sedang menilai hasi

katanya

seperti itu. J

ihat. Bukan lagi sebagai diriku yang dulu-ragu dan tidak pasti-ta

mendekat. Napasnya yang hangat menyentuh kulitku sebelum lidahnya

dahku dalam-dalam, seolah mencicipi kepatuhanku. Aku tidak melawan

bercampur; napasku mulai pendek seiring detak jantung yang ma

ke leherku, jemarinya menyentuh kalung di dadaku, sebelum akhirnya ia melepaskan ciuman itu perlahan. Tangannya lalu tera

erdiri lebih dulu, langkahnya tenang namun tegas. Dengan geraka

tap tegak. Seragam pelayanku masih rapi, dan apron kecil di depanku

dekat. Tanpa berkata apa-apa, ia menatapku dari kepala hingga kaki.

lihat ini,"

aik-baik...

engikuti setiap lekuk tubuhnya. S

siapa?" ta

n Jo," jaw

is muncul

di sini

linya, tanpa rag

.. apa pun yang

kat dan kembali menyentuh rahangku. Aku menahan napas, menunggu. Ia

kuensinya, kan?"

berani melawan. Aku siap men

rak lembut di rahangku. Wajahnya tampak tenang, tapi jelas ia m

nku. Tatapanku terkunci pada matanya, tak

katanya pelan, "apa a

tahu risikonya, dan aku menerimanya dengan sepenuh hati. Aku sudah menjadi milikny

pi kali ini bukan karena takut, melainkan karena tekad yang makin kuat. Aku tahu

Jo," bisik

apa pun yang kamu

enatapnya, menyerahkan

perlahan. Ting... ting... bunyinya terdengar lembut, s

pelan, "tapi juga pikiranku...

h berjanji, dan aku akan menepatinya-apa pun yang ia minta. Sekarang aku tahu, aku sepenuhnya milik

sa melihat dengan jelas kepatuhanku, dan tahu aku sudah menyerahkan

katanya

pelayanku y

rlahan-seolah mengingat janji yang sudah kubuat tanpa har

bakal nunjukin seb

ngannya dan menunjuk ke arah ran

katanya

ang. Tangan di

ring seperti yang diperintahkan, kain seragam pelayanku sedikit berge

us, napasku mulai melambat mesk

g tak bisa dihindari. Matanya menatapku-memeriksa kesiapan, ketu

ung apronku, lalu mulai membuka satu per satu ka

il tersenyum tipis, melihat

u yang atur

a. Aku bisa merasakan tatapann

kan tangan, ia m

Centia," kat

ang. Lakuin h

berbaring. Gerakannya rapi dan terkontrol, seolah sudah terbiasa mengikuti perintah

elan sambil membuka kanc

rasa sesak karena mena

nding dan gesekan kain. Kami berdua diam, menunggu. Saat kedua apron dilemparkan ke lantai dan semua blus terlepas, Jo akhirnya berdiri

ia menikmati situasinya. Ia punya kendali penuh atas kami-dari pakaian yang kami pakai sampai cara kam

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka