Rara Series - Jerat Tanpa Tali
kut, tapi karena merasa sedang melakukan s
ng akan terjadi. Jo menarikku lebih dekat hingga kami sejajar dengan Centia. Kami berdi
run ke perut, lalu berhenti di pangkuan. Aku tidak tahu apa yang
ti ingin menguji seberapa lama aku bisa menahan diri. Tangannya berhenti di pinggang, jemari
hnya punyaku
s di ruangan itu. Aku hanya bisa me
bibirnya hampir me
rasa takut atau bingung," bisi
gan tanganku-simbol dari keput
, T
i perintah. Ia tahu aku tidak akan menolak atau
Napasnya yang hangat menyentuh kulitku sebelum ia menempelkan bibirny
embut menjadi lebih mendesak, mem
menyentuh bibirku,
tetap terjaga dan tidak pernah melewati batas yang tidak kuinginkan. Tangannya di pinggangku terasa hangat, m
ti sesuatu yang ia anggap miliknya. Baru setelah itu, Jo perlahan me
gah, dan tatapannya memerlihatkan perpaduan keinginan,
eningan itu, Jo berbisik pel
tes pertama," katany
at seberapa j
takut bercampur penasaran, seperti menyadari bahwa ini ad
dan menjawab de
an. Aku
endalinya. Aku menahan napas, menunggu apa yang akan ia katakan. Aku tahu apa pun itu mungk
a seperti hubungan kami baru saja memasuki tahap baru, dan aku tidak ingin mundur. Yang bisa k
pun yang akan ia katakan. Setelah beberapa detik hening, ia mulai berbicara dengan suara rendah dan
pertama: b
berjalan perlahan mengelilingi tempat tidur seperti sedang mengama
tup mata,"
us lihat
samping ranjang dan mengambil sesuatu. Dari posisiku, aku h
edua: angka
ngangkat tangan
, T
ang. Ia melakukan hal yang sama pada tangan satunya sampai kedua per
mu? Aman, kan?"
," jawabku pelan, meski
an responsku. Ia mengangkat dag
ayak gitu," ka
dan ingat kalau
hanya lewat kata-kata, tapi j
lanjutnya: b
menunggu apa yang akan terjadi berikutnya. Jo menyentuh b
melakukan apa pun yang ia mau. Ada perasaan aneh bercampur nyaman-suli
il lalu menarik
elajarnya," k
u nurut sama se
hkan semuanya padanya, bahkan bagian terdalam dari diriku. Aku
dapanku. Penisnya yang masih tegang perlahan diarahkan ke wajahku.
ulut kan," ucapnya pel
gunain mu
masuk penisnya ke dalam mulutku. Rasanya hangat, dan penuh kuasa. Aku tidak menahan diri sa
engelus kepalaku lembut-seolah me
ngan aroma tubuhnya yang maskulin. Ia memegang kepalaku dengan kuat,
anget waktu lagi kayak gini, dan k
aku, kulihat Centia masih memperhatikan dari tempatnya duduk. Wajahnya tampak tenang, tapi sor
n berikutnya," ucap Jo den
waktu untuk bernapas. Jo berdiri tegak, lalu berjal
dak boleh mencari tahu. Aku tetap berbaring diam dengan tangan terikat
uk penis berukuran cukup besar, memancarkan cahaya merah redup. Di tangan
. Tubuhku masih hangat, tetapi pikiranku mencoba
entia," kata
akal aku pak
tapnya tanpa suara.
r-seolah kata-kata itu keluar
geluarkan dengungan halus yang perlahan berubah semakin jelas, disertai getaran lembut. Ia menatapku d
mu," perinta
uka yang
nyerahkan diri sepenuhnya pada apa yang akan terjadi. Jo berlutut di antara kakiku. Ujung jariny
ntai aja," k
eindah apa kamu w
uhku. Permukaannya terasa dingin di kulit, tapi ketika tersentuh, getaran halus mulai menj
ata," ucapnya p
wabku dengan s
ya sudah menyala, tapi ia tidak langsung memasukkan-hanya menggesek
gku terangkat tipis dari ranjang, sementara tanganku tetap terikat r
bisik Jo sambiltap buka mata
ranjang, suara serak yang masih m
elum tahu aja seberapa
berdua... seperti bahasa tanpa kata yang hanya mereka pahami sendiri.
ara refleks, merasa dingin pada awalnya, lalu perlahan berubah menjadi hangat seiring tubuhku me
get..." desaatar-tapi nada suaranya hang
s sampai sakit, tapi cukup untuk membuat lutut kakiku gemetar dan
Tuan..." gu
n karena ini baru kedua kalinya
knya sambil menatap
na ra
tetap mencoba menjawab ju
Terus... kayak ber
sitas getarannya terasa semakin kuat. Aku hampir saja mengerang leb
ggh
u, lembut tapi tetap menunjukkan kendali. Wajahnya mendekat hingga aku bisa merasakan napasnya di k
tik waktu lagi kayak gini,"
lutku, menekannya sangat dalam sampai hampir menyentuh pangkal tenggorakan. Tak lama mengeluarkanny
tku dengan bebas dan alat berbentuk penis itu masih ada di dalam vag
utus-putus, di antara desahan dan getaran halus yang seolah menguasai setiap nadiku. Seg
ngan sorot mata yang menggetarkan
t namun tegas, "siapa yang b
wab meski mulutku
an... hhh...
lembut-seolah menunjukkan
" katan
u ngerasa kayak gini-sampai k
ertama kalinya aku merasa benar-benar dimiliki. Setiap desa
di remot yang digenggamnya, meningkatkan intensitas getaran dan hisapan ke titik tertinggi.
hh, T
kuat di klitoris, dan penis Jo yang terus bergerak di mulutku. Tubuhku menegang; se
bisiknya kasa
keluar, nggak
u dalam luapan yang tak tertahan. Tubuhku bergetar hebat, napas te
. a-ahhh... a
aku tahu Jo pasti sangat menyukainya. Dan benar, ia tertawa pelan-penu
itu, bagu
ku. Tubuhku terasa lemas, seperti baru saja melalui sesuat
a menekan tombol di remot, perlahan menurunkan intensitas getar
ngusap air liur di sudut mulutku
lemah, napas
.. T
epat dan brutal. Aku menahan diri agar tidak tersedak, membiarkan mulut dan tenggorokanku
ya semakin dalam, membuat mataku berair dan tubuhku bergetar-bukan hanya karena sensasinya, tap
a ia akan mencapai puncak-Jo menarik sedikit penisnya kel
ginamu!" teriaknya parau, jari-jarinya mencengkeram ram
gal, wajahnya d
a... benar-be
egitu hangat, kental, dan lengket. Beberapa tetes jatuh ke lidah da
gin memastikan aku tetap di tempat,
ngan punggung jemariny
," ucapnya lembut, tapi denga
ak berani menyisakan apa pun; lidahku membersihkan sisa yang masih t
birku sudah bersih, mataku masi
h...
nunjukkan kepuasan yang tenang
d gi
t- penuh kuasa dan rasa puas. Ia duduk perlahan, memandangku yang masih terengah dengan mulut basah
aranya serak
gerasain sperma laki-lak
pelan, berusaha
u lirih. "Hang
enyum tipis yang mun
a? Tapi kamu nggak muntah.
ongkan tub
nap
saat sebelum m
an... jadi nggak ad
membaca isi pikiranku lewat tata
daguku dengan punggung jarinya, "aku mau kamu jawab jujur.
lan, bibirku se
ada lebih lembut, "buat pert
mengucapkan apa pun. Ia membuatku merasa seperti milik sepenuhnya,
sambil berhenti sejenak,
n, siap
ngan pandangan ka
budakmu.
an segalanya padanya-dan je
anya lembut
u... sepenuh
nya pelan sambil mengusap l
terasa asin olehnya. Tubuhku lem
bisikku nyaris
. aku
hnya ke telingaku d
mu memang diciptakan
am pikiranku, membuat segalanya terasa masuk akal. Aku tahu, di saa
Centia yang masih dudu
a," katan
nyentuh pergelanganku yang masih terikat, lalu mem
biasa," bis
aginaku. Dengan hati-hati, ia mengambilnya dan menyerahkannya kepada Jo. Jo men
kan terima kasih, tetapi kami sama-sama paham- ini