icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon
Rara Series - Jerat Tanpa Tali

Rara Series - Jerat Tanpa Tali

icon

Bab 1 Sabtu, 12 Oktober 2024

Jumlah Kata:2350    |    Dirilis Pada: 13/11/2025

dak tertutup rapat. Sekilas aku terkejut-tubuhku terasa dingin, dan ak

k, aku tidak yakin apakah masih bermimpi atau sudah bangun. Sprei terasa dingin, dan

tu muncul perlahan- kabur, tapi cukup menyakitkan. Aku ingat bagaimana Jo, temanku, m

hhh... ahh

erdengar jelas di telingaku. Aku ingin memejamkan mata, tapi tubuhku tak mau berge

i benda di ruangan ini-ada, tapi tidak dianggap. Aku ingin marah, tapi tidak tahu kepad

dara tetap terus bergerak, membawa aroma yang ingin kulupakan. Aku sadar-hari itu adalah hari

buat dadaku berdebar, bukan karena ingin tahu, tapi karena ingin lari. Aku ingin bangkit, tapi tubuhku

dak ada rasa bersalah di sana-hanya senyum kecil dan ding

pelan, tanpa menghentikan gerak

. Centia sempat menoleh, rambutnya berantakan, wajahnya sulit dibaca. Ia tersenyum tipis-bukan

u. Jo dan Centia tampak tetap tidak peduli dengan kehadiranku. Suara

on adegan film, tapi aku ada di dalamnya. Aku ingin menutup telinga saat desahan Centia mak

u sesak, bukan karena cemburu, tapi karena perasaan aneh yang sulit dijelaskan: campuran anta

Senyumnya melebar-se

aja?" bisiknya pel

bagian dari

angannya tak bisa kutebak-a

nya dengan

mu nggak g

membuat pikiranku jadi kacau balau. Ada sesuatu di balik tatapan me

yang belum kumengerti sepenuhnya. Tatapan mereka terasa seperti ajakan dari sisi gelap: menggoda,

dan Jo tersenyum seolah semuanya sudah ditakdirkan, ada sesuatu di dalam di

Enakk.

erakan, setiap napas terasa mengundang. Aku menelan ludah, jemariku masih mencengkeram

annya bergerak ke leher Centia, le

Semalam aja udah kelihatan-ka

at tubuhnya yang menyentuhku untuk pertama kalinya, bisikan lembut di telingaku yang menggunc

eras-bukan karena takut, tapi karena sesuatu yang sulit dijelaskan, dan tidak bisa kukendalikan. Tatapan mereka membua

i lututku. Tidak ada kata yang terucap. Hanya Jo dengan aura tegasny

ya. Dunia mungkin akan berubah besok, tapi hari itu aku memilih untuk larut bersama mereka-dan ber

, sementara Jo menatap kami dalam diam-tatapan yan

ack," bisi

bahwa dialah yang masih memegang kendali. Aku tak menjawab

i sejenak. Rasanya aneh, tapi juga terasa benar-seperti menemukan se

k nyangka kamu

an itu. Untuk pertama kalinya hari

tiap sentuhan terasa semakin dalam. Centia sempat menatapku sebelum kembali memejamkan mat

cepat dan kuat. Tubuh Centia bergoyang di antara kami: dikuasai oleh gerakan Jo, tapi juga memegangku e

gak kuat lagi..." bisik Centia d

panjang, hampir sep

" kataku pelan sambil t

menatapku dengan pandangan

gi... aku mau keluar," ujarnya

enunggu detik itu lewat. Tatapannya mengarah ke langit-langit, pupilnya bergetar dalam cahaya r

emacam pengertian di antara kami- bahwa momen ini bukan tentang si

lu. Aku menatap Centia; wajahnya tampak tenang diterpa cahaya lem

h Centia kehilangan tumpuan dan jatuh tengkurap. Ia berguling pelan sebelum akhirnya berbaring menat

suatu yang belum selesai. Jo tersenyum tipis. Tatapannya samar tapi tajam. Ia menyentuh bibirnya denga

ya menyentuh daguku dan mengangka

aja. Tapi matam

t ujung jarinya turun

hat aku main

on yang enggan pergi dari sebuah pertunjukan, lalu tersenyum kecil. Aku tidak berkata apa-apa. Aku hanya

dari leher ke dada, lalu ke perut. Sentuhannya membuat jantungku be

isa menahan napas ketika tangannya menyentuh kulitku. Aku berkedip c

iknya pelan, tangannya

kaget. Padahal mata

il di bibirnya- seolah tahu aku tidak bisa menyembunyikan apa pun. Jo tiba-tiba menari

a di telingaku, napa

en dari tadi...

ak tahu bagaimana Jo bisa tahu apa yang kurasakan. Aku

makin gugup. Aku tidak bisa menolak, tapi juga tidak tahu harus bagaimana. Jo tertawa kecil, seolah

kok," katanya,

h banyak dari

an tertawa pendek. Tangannya bergerak ke pinggan

giliranmu,

api jelas bukan aj

sana hening terasa aneh-campuran antara canggung dan tegang. Ak

gsung nurut," katanya santai

ai kecil-antara men

bentar, ya

. Ruangan terasa padat, dipenuhi oleh gairah sekaligus misteri.

tampak lelah. Di bawah cahaya lampu, ia terlihat sedikit berbeda-bukan lagi penuh gairah, me

a seolah sedang mencari sesuatu dengan hati-hati. Beberapa detik kemudian, ia mengeluar

but saat Jo meletakkannya di atas kasur dan duduk di depanku. Ia membuka kotak kecil itu perlaha

eperti yang dipakai Centia. Aku mena

a tuan?" tan

kening, belum

nya tuan gimana

u kudukku berdiri. Ia mendekatkan gelang itu ke tanga

mulai saat itu kamu bukan milikmu s

embus pertahanan yang selama ini kujaga. Gelang itu terasa d

an.

artinya. Kedengarannya aneh, tapi entah kenap

g tidak akan dibocorkannya. Jo mendekatkan wajahnya hingga hampir menyentuh bibirku, tapi tidak b

rawananmu padaku sema

angkah lagi... biarin ak

nganku-belum sampai terkunci. Tapi aku tahu, jika aku membiarkannya

in tahu apakah aku akan menolak atau menyerah. Aku terdiam. Dunia terasa hening. Hanya ada tiga detak

n. Aku tahu apa yang akan terjadi jika aku memakainya. Aku tahu apa yang akan kuberikan, dan apa yang ak

sir rasa kering di tenggoro

elingkarkannya di pergelangan tangan kiriku. Tarikannya pas-c

hanya mengangguk, dan dari ta

kan segalanya. Kini aku sepenuhnya

"setiap kali aku nyuruh sesuatu

dan menjawab pel

takut, tapi karena lega. Seo

api tenang. Ia mengusap bibir bawah

i dunia kita y

likku sendiri, melainkan miliknya-Jo, tuanku. Aku tidak tahu apa yang menanti di depan, tapi aku tah

, T

ut, senyum tipis munc

olah aku baru saja menemukan tempatku di dunia. Untuk pertama kalinya, aku tidak merasa kosong. S

ma, berpadu dalam ritme yang menenangkan. Untuk sesaat, aku tak lagi memikirkan benar atau salah, hanya merasa b

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka