Ketika Keabadian Runtuh: Kenyataan Pahit Cinta
Udara malam terasa dingin, tapi aku tidak merasakannya. Aku me
i terngiang. Setidaknya i
ara masa lalu dan masa kininya. Jika aku ingin menyelamatkan pernikahanku, aku
beli mobil remote control terbesar dan termahal ya
tempat tidur, tampak kecil dan rapuh di atas spre
am, aku memasang senyum h
lara. Aku membaw
an kotak berw
ra, menatapku. Tapi tidak ada rasa ingin tahu kekanak-ka
ng mentah dan marah. "Pergi! Kau
at tidur dan mendorongku, ta
paniknya telah melepaskan selang infusnya. Setetes darah merah cerah m
gan untuknya, tapi
iknya, dan mendorong
angan. Pada saat yang sama, Leo, yang telah menerjang dengan sekuat tenaga, kehilangan pijakannya se
ung mulai
rin bergegas masuk,
ihat infus yang terlepas, benjolan yang sud
ganku untuk menyeimbangkanku. "Elara,
Leo berhenti. Tubuhnya menegang, d
g!" teriak Karin, wa
dak ragu-ragu. Dia membelakangiku dan
asa sakit yang tajam dan kram menusukku. Aku jatuh kem
ari keluar ruangan dengan Leo. Karin t
tapku. Tatapan itu penuh dengan kemarahan
makin hebat, kram yang ganas dan memutar. Aku mendengar teriakan panik Bas
g kosong, berdoa agar dia ke
k pernah
pintu itu, hatiku hancur
skara, pikirku. Se
melihat
ap menyebar di
tentang anak yang tidak akan pernah kugendong, kehidupan yang menjauh dariku, tid