Ketika Keabadian Runtuh: Kenyataan Pahit Cinta
esokan harinya. Baskara tidak
lepon ma
gal bersama Leo. Aku tidak a
ari lagi. Aku bah
ada sebuah map kulit. Di dalamnya ada satu dok
a kering t
ataku ke telepon, suaraku t
ku membuat dua panggilan. Yang
ku, suaraku mantap. "Bukan, bukan pisah. C
ius dari Los Angeles. Kali ini, suara
takan semua
h tangga memberitahuku dia ada di pintu, dan untuk sesaat,
tut, sebuah gestur kerendahan hati yang pe
" mulainya, sua
u dingin. "Katakan saja a
u kehadiran kami membuatmu tidak bahagia. Tapi tolong, jangan salahkan Leo. Dia hanya seorang anak kecil
ngun fantasi untuknya dan Baskara,
bunganmu dengan Baskara," jan
semua ini
araku penuh sarkasme. "Jangan khawatir, Karin. Kau bisa
pergi, meninggalkannya b
alam itu, jelas panik kar
n padamu?" tuntutnya
wa aku akan mengetahui malamnya bersamanya. K
kasih padaku karena menyetuj
aan menyapu wajahnya. "Ini bukan perceraian, Elara
ngelolaku, untuk menjaga kehidupan se
ingin pergi memilih bunga untuk... upacaranya. Aku bila
palsu, dia secara aktif merencanakan pernikah
an pengacaraku. Aku memesan tiket sekali jalan ke Los Angeles. Da
ara kecil, diadakan di taman pri
ajahnya. Dia memegang lengan Baskara, sudah memainkan peran sebagai istri
epat saat mereka ak
, suaranya tenang dan pr
h kotak yang dibungku
di wajahnya. Dia mungkin mengira itu adalah semaca
embuk
ru hitam, ada surat cerai. Tanda tan
kata Baskara, s
kara-segera menjadi Nona Wijaya-memerintahkan saya
dengan panik membolak-balikian dia m
n-halaman itu ada dokumen
inci keg