icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Pengkhianatanmu Adalah Kesalahan Terbesarmu

Bab 4 sekadar mimpi buruk

Jumlah Kata:2065    |    Dirilis Pada: 23/10/2025

phone berkumandang, tapi pikirannya bukan tentang rutinitas biasa. Rasa cemas mengg

engan mata polos yang bersinar. "Ma, aku nggak sabar

kan diri. "Iya, Nak. Tapi jangan terlal

nita misterius yang datang beberapa minggu lalu, memberi peringatan tentang

a, suara ketukan di pintu terdengar.

nggu..." suara Revan te

. "Kalau kamu datang buat bikin

Aku cuma mau jemput Rayan. Hari

Rayan senang jika Revan menemaninya, tapi hatinya

duduk di sampingnya, menenangkan saat Rayan terlalu cepat menga

ang lomba hari i

. Tapi jangan terlalu keras sama diri send

Ia tahu Revan memang ayah biologis Rayan, tapi masih

menatap Alya, seolah ingin berkata sesuatu, tapi Alya menggeleng halus

ntuk meninggalkan halaman sekolah, ia melihat dua pria berdiri di

elangkah maju. "Kamu Aly

atap mereka tajam. "Siapa

k perlu takut. Kami cuma ingin bicar

Pergi dari sini, sekarang juga. Kalau kali

ndur perlahan. Namun satu hal j

gan Revan secara serius. Mereka duduk di teras rumah,

jadi di sekolah tadi?"

at. Aku akan pastikan mere

Aku nggak mau Rayan tahu soal kamu atau masa lalu

gerti. Tapi aku nggak bisa cuma diem

saanku. Kamu nggak pernah ada waktu aku butuh bantuan dulu. Sek

aya, Alya. Aku cuma mau ada. Untuk Rayan. Kalau kamu nggak bis

a-kata itu benar, tapi hatinya tetap keras. L

nenangkannya, tapi tangisan Rayan terus terdengar. Tanpa disangka

apa-apa?" tan

. "Aku nggak butuh ba

ping Rayan, menepuk punggung anak itu lembut. "Te

tangan Revan. "O

k. Ia ingin marah, tapi melihat Rayan nyama

ang pintu, menatap Revan. "Kalau kamu meman

au. "Aku akan buktikan. Biar kam

terius menelpon Alya, memperingatkan bahwa Rayan bisa menjadi target

ni sendiri. Ia menatap Revan, yang duduk di dekatnya, dan u

Alya pelan. "Aku nggak bisa mengha

ngguk. "Aku nggak akan biarin

secara diam-diam, sementara Alya tetap menjaga jarak agar

sar tentang ayahnya. Ia menanyakan kenapa Om Revan selalu ada, siapa dia s

ahu suatu saat kebenaran

ruang tamu, Alya akhirnya berkata, "Rayan, Om

ar. "Tapi Ma... aku suka sama Om

h, tapi ia juga takut membiarkan Revan masuk sepenuhnya ke

ya terluka, ia mulai membuka sedikit ruang untuk Revan. Bukan karena cinta yang u

anjang. Luka masa lalu belum sembuh sepenuhnya, ancaman pihak luar masi

h. Perubahan yang tak bisa mereka hindari. Per

i Alya, ada secercah harapan yang tak ingin ia akui: bahwa suatu hari nanti, mereka m

nya, melindungi anak itu seperti seorang ayah sejati. Untuk pertama kalinya, Alya merasa ada kem

menatap jendela. Pikiran-pikiran buruk terus menghantui: ancaman yang muncul dari

ceria seperti tidak mengerti gelisah yang menguasai ibunya

ya, Nak, yang penting kamu se

i di ambang pintu, membawa tas sekolah Rayan dan termos kecil. Rambutnya sedi

a mau pastikan Rayan siap un

ang muncul tiba-tiba. "Aku bilang janga

menaruh tas sekolah Rayan di meja, lalu menata

t, matanya berbinar.

a menolak, Revan kini telah menjadi bagian dari hi

ngku penonton dengan campuran bangga dan cemas. Revan berdiri di dekatnya, menjaga jarak tapi teta

di pagar sekolah. Wajahnya asing, namun aura yang dipancarkan penuh

nya Rayan, melihat

Revan. "Aku nggak tahu, Na

dan menghilang. Hati Alya berdebar. Ini bukan kebetul

an. "Tenang, Alya. Aku akan j

ata itu sederhana, tapi terasa seperti

. Mereka menyiapkan jadwal jemputan, memastikan Rayan tidak sendirian, d

at dengan Revan. Setiap kali Revan mencoba menatap matanya lebih lama atau berk

an Revan duduk di teras rumah. Rayan sedang

lit percaya lagi padaku. Tapi lihatlah, aku n

a... ditinggalkan oleh orang yang seharusnya mel

ku nggak akan minta kamu sembuh sekarang. Aku

ir mata. Hatinya mulai goyah,

besar tentang ayahnya. Ia menanyakan kenapa Om Revan selalu ada, siapa d

apnya dengan mata besar. "Ma... kenapa aku nggak

"Dia... teman Mama

ap penasaran. "Tapi aku suka sama

u, dan sedikit lega. Ia tahu, Rayan mulai merasakan ikatan emos

ang dari sekolah, mobil hitam melambat di depan mereka. Dua pria keluar, men

akang mereka. "Tenang, Alya. Ak

elum mereka bisa mendekat, Revan menatap mereka di

tapi kemudian mundur. Hati Alya sediki

u, menatap Rayan yang tertidur. Revan duduk di kursi

ta. "Aku nggak mau luluh, Rev

gak akan pergi. Aku akan tetap

asa, ancaman pihak luar masih mengintai, tapi satu hal jelas: Re

lai membuka sedikit ruang untuk Revan. Bukan karena cinta yang utuh, tapi

i Alya, ada secercah harapan yang tak ingin ia akui: bahwa suatu hari nanti, mereka m

masa lalu belum sembuh sepenuhnya, ancaman masih menginta

tarungan berikutnya bukan hanya melawan pihak luar, tapi juga

ntangan, tapi juga harapan. Alya tahu, suatu saat nanti, mereka harus memilih: tetap bertahan di masa lalu yang men

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka