Pengkhianatanmu Adalah Kesalahan Terbesarmu
phone berkumandang, tapi pikirannya bukan tentang rutinitas biasa. Rasa cemas mengg
engan mata polos yang bersinar. "Ma, aku nggak sabar
kan diri. "Iya, Nak. Tapi jangan terlal
nita misterius yang datang beberapa minggu lalu, memberi peringatan tentang
a, suara ketukan di pintu terdengar.
nggu..." suara Revan te
. "Kalau kamu datang buat bikin
Aku cuma mau jemput Rayan. Hari
Rayan senang jika Revan menemaninya, tapi hatinya
duduk di sampingnya, menenangkan saat Rayan terlalu cepat menga
ang lomba hari i
. Tapi jangan terlalu keras sama diri send
Ia tahu Revan memang ayah biologis Rayan, tapi masih
menatap Alya, seolah ingin berkata sesuatu, tapi Alya menggeleng halus
ntuk meninggalkan halaman sekolah, ia melihat dua pria berdiri di
elangkah maju. "Kamu Aly
atap mereka tajam. "Siapa
k perlu takut. Kami cuma ingin bicar
Pergi dari sini, sekarang juga. Kalau kali
ndur perlahan. Namun satu hal j
gan Revan secara serius. Mereka duduk di teras rumah,
jadi di sekolah tadi?"
at. Aku akan pastikan mere
Aku nggak mau Rayan tahu soal kamu atau masa lalu
gerti. Tapi aku nggak bisa cuma diem
saanku. Kamu nggak pernah ada waktu aku butuh bantuan dulu. Sek
aya, Alya. Aku cuma mau ada. Untuk Rayan. Kalau kamu nggak bis
a-kata itu benar, tapi hatinya tetap keras. Lnenangkannya, tapi tangisan Rayan terus terdengar. Tanpa disangka
apa-apa?" tan
. "Aku nggak butuh ba
ping Rayan, menepuk punggung anak itu lembut. "Te
tangan Revan. "O
k. Ia ingin marah, tapi melihat Rayan nyama
ang pintu, menatap Revan. "Kalau kamu meman
au. "Aku akan buktikan. Biar kam
terius menelpon Alya, memperingatkan bahwa Rayan bisa menjadi target
ni sendiri. Ia menatap Revan, yang duduk di dekatnya, dan u
Alya pelan. "Aku nggak bisa mengha
ngguk. "Aku nggak akan biarin
secara diam-diam, sementara Alya tetap menjaga jarak agar
sar tentang ayahnya. Ia menanyakan kenapa Om Revan selalu ada, siapa dia s
ahu suatu saat kebenaran
ruang tamu, Alya akhirnya berkata, "Rayan, Om
ar. "Tapi Ma... aku suka sama Om
h, tapi ia juga takut membiarkan Revan masuk sepenuhnya ke
ya terluka, ia mulai membuka sedikit ruang untuk Revan. Bukan karena cinta yang u
anjang. Luka masa lalu belum sembuh sepenuhnya, ancaman pihak luar masi
h. Perubahan yang tak bisa mereka hindari. Per
i Alya, ada secercah harapan yang tak ingin ia akui: bahwa suatu hari nanti, mereka m
nya, melindungi anak itu seperti seorang ayah sejati. Untuk pertama kalinya, Alya merasa ada kem
menatap jendela. Pikiran-pikiran buruk terus menghantui: ancaman yang muncul dari
ceria seperti tidak mengerti gelisah yang menguasai ibunya
ya, Nak, yang penting kamu se
i di ambang pintu, membawa tas sekolah Rayan dan termos kecil. Rambutnya sedi
a mau pastikan Rayan siap un
ang muncul tiba-tiba. "Aku bilang janga
menaruh tas sekolah Rayan di meja, lalu menata
t, matanya berbinar.
a menolak, Revan kini telah menjadi bagian dari hi
ngku penonton dengan campuran bangga dan cemas. Revan berdiri di dekatnya, menjaga jarak tapi teta
di pagar sekolah. Wajahnya asing, namun aura yang dipancarkan penuh
nya Rayan, melihat
Revan. "Aku nggak tahu, Na
dan menghilang. Hati Alya berdebar. Ini bukan kebetul
an. "Tenang, Alya. Aku akan j
ata itu sederhana, tapi terasa seperti
. Mereka menyiapkan jadwal jemputan, memastikan Rayan tidak sendirian, d
at dengan Revan. Setiap kali Revan mencoba menatap matanya lebih lama atau berk
an Revan duduk di teras rumah. Rayan sedang
lit percaya lagi padaku. Tapi lihatlah, aku n
a... ditinggalkan oleh orang yang seharusnya mel
ku nggak akan minta kamu sembuh sekarang. Aku
ir mata. Hatinya mulai goyah,
besar tentang ayahnya. Ia menanyakan kenapa Om Revan selalu ada, siapa d
apnya dengan mata besar. "Ma... kenapa aku nggak
"Dia... teman Mama
ap penasaran. "Tapi aku suka sama
u, dan sedikit lega. Ia tahu, Rayan mulai merasakan ikatan emos
ang dari sekolah, mobil hitam melambat di depan mereka. Dua pria keluar, men
akang mereka. "Tenang, Alya. Ak
elum mereka bisa mendekat, Revan menatap mereka di
tapi kemudian mundur. Hati Alya sediki
u, menatap Rayan yang tertidur. Revan duduk di kursi
ta. "Aku nggak mau luluh, Rev
gak akan pergi. Aku akan tetap
asa, ancaman pihak luar masih mengintai, tapi satu hal jelas: Re
lai membuka sedikit ruang untuk Revan. Bukan karena cinta yang utuh, tapi
i Alya, ada secercah harapan yang tak ingin ia akui: bahwa suatu hari nanti, mereka m
masa lalu belum sembuh sepenuhnya, ancaman masih menginta
tarungan berikutnya bukan hanya melawan pihak luar, tapi juga
ntangan, tapi juga harapan. Alya tahu, suatu saat nanti, mereka harus memilih: tetap bertahan di masa lalu yang men