Pengkhianatanmu Adalah Kesalahan Terbesarmu
lah membawa kembali kenangan lama yang ingin ia lupakan. Suara hujan yang berirama pelan membuat malam te
ya.
va
an deras. Ia memutar tubuhnya, menahan rasa panik yang ingin menyer
leh aku mas
n rasa takutnya. "Aku bilang jangan d
tar," ucap Revan dengan nada yang tak
di meja belajar. Anak itu tampak begitu polos, tak menge
Alya, suaranya bergetar. "Kalau aku bilang,
ndangannya ke Alya. "Aku nggak mau ganggu. Aku cuma... ingi
ntu sedikit. Revan melangkah masuk, tapi tetap menjaga jarak. I
pengin dia senang. Bukan buat ak
van dengan mata
a agar terdengar tegas. "Ini cuma teman y
yang besar. Setiap kali Revan tersenyum, ada rasa hangat yang mengali
a, hanya diam di dekat, membantu hal-hal kecil yang Alya lakukan. Kadang ia membawakan sayuran seg
n, tapi setiap kali melihat bagaimana Revan
dang membersihkan rumah. Rayan duduk di lantai,
buku baru lagi hari ini," kata
. iya. Hanya buku, Nak. J
"Tapi Ma... kenapa Om Revan sela
jenak memegang sapu. "Dia... teman y
wa Revan ada di sekitar mereka karena Rayan adalah darah dagingnya. D
di tepi ranjang, menatap wajah putranya yang t
Aku sudah kuat tanpa kamu. Aku sudah bisa hidup untuk Rayan. J
. Alya menegakkan tubuh,
van dari luar. "Aku cuma... mau
berdiri di ambang pintu, menunduk. Hujan tadi meninggalkan basah
an demam tadi siang," ucapnya.
i yang ingin meledak. "Kamu nggak
gas. "Ini cuma hal kecil. Aku
. Ia tidak ingin mempercayainya, tapi rasa lelahnya sete
an rumah. Tapi sebelum menutup pintu, ia menoleh. "Aku nggak akan pergi
tu yang tertutup. Hatinya berde
hidupan mereka, meski Alya tetap menjaga jarak. Rayan senang
sekolah, hujan turun lagi. Rayan lupa membawa payun
Rayan menata
Nak," jawab Alya cepat, m
ke Rayan. "Jangan khawatir, aku cum
yan menoleh sekali lagi ke Revan
hi Rayan karena terlalu akrab, tapi tak bisa. Ia h
k menjemput Rayan sepulang sekolah sekali seminggu. Alya menolak awalnya, tapi meliha
i sama kamu, Revan," ucap Alya suatu sore.
Tapi aku nggak akan berhenti nyoba. Sekali lagi, bia
senjata yang menusuk hatinya sendiri. Ia ingin membenci, tapi hati
dari jauh. Hatinya campur aduk. Ia melihat Revan tersenyum pada Rayan,
juga lega. Revan benar-benar berusaha menebus kesalahannya. Tapi apaka
menunduk, menahan air mata. "Aku nggak boleh luluh," bisiknya. "A
bisa ia bantah: harapan bahwa suatu hari Revan bis
perlahan mulai menulis bab baru - bab yang dipenuhi perju
menembus kabut tipis, membuat udara terasa segar. Alya sedang menjemur pak
trik baru, M
awab Alya sambil menatap putranya
seorang wanita berambut panjang keluar dan melangkah menuju pagar Alya.
yang terlihat ramah tapi ada keteganga
uriga. "Ya, siapa
ku Nadya. Aku... teman lama kelua
a keluarganya? Apakah ini tentang Revan? Atau lebih b
Alya tegas. "Kalau urusan p
kit. "Aku hanya ingin ngobrol sebentar, Alya
, dan hatinya langsung waspada. "Apa ya
bahwa Revan kembali ke kota dan ingin menebus kesalahannya. Alya... dia sungguh menyesal. T
a, kening berkeru
Rayan dekat dengan Revan... untuk keuntungan mereka s
pnya mulai terguncang. Kini, ancaman dari pihak luar muncul -
Ia menjemput Rayan dari sekolah lebih awal, me
jemput aku hari ini? Aku
ini kita jemput sendiri, ya. Mama ngg
, tapi tak berani m
perasaan aneh, seperti bayangan yang mengintai dari jauh. Ia mengg
h tanpa diundang. Ia membawa tas sek
mput, tapi aku cuma pengin kasi
. "Aku bilang jangan g
maju. "Om... ini
m. "Iya, Nak.
bar. Ia tahu, semakin lama Revan ada di deka
pergi jauh. Aku nggak mau paksakan kamu,
gis. Hatinya terluka, tapi ada ra
g sudah tidur. Ia tak bisa menahan diri, pikirannya penuh kekhawa
inya... aku nggak bo
n berdiri di luar, basah karena hujan. Tanpa m
uma mau pastikan kalian baik-
am. "Aku nggak butu
yang tidur. "Aku nggak akan pergi jauh.
inya sedikit goyah. Tapi saat melihat Revan menatap Rayan den
yan mulai menunjukkan rasa
pernah lihat ayahku?"
maaf, Nak. Mama cuma nggak mau bahas
aku penasaran, Ma... Om Revan itu siapa? Ke
"Dia... teman Mama.
Rayan akan tahu kebenaran. Dan saat itu dat
lit diabaikan. Revan mulai masuk ke kehidupan mereka dengan cara yang lebih halus: menjemput
a dipenuhi dilema: apakah ia harus membenci Revan s
alam, Revan datang lagi. Kali ini tanpa permisi,
tanya. "Aku tahu kamu sibuk,
rindu, dan takut bercampur jadi sat
nggak akan ganggu kalau kamu nggak mau,
a berkecamuk, tapi ia tahu, Revan benar-benar
ertidur lelap, lalu menatap pintu yang sedikit terbuka.
mastikan kalian am
mata. "Aku nggak mau luluh, Re
gak akan pergi. Aku akan tetap
ka masa lalu belum sembuh sepenuhnya, ancaman pihak luar masih mengintai, ta
ng tak ingin ia akui: hatinya mulai goyah. Ia takut, tapi
harapan mulai menyala. Harapan bahwa suatu hari nanti, mereka bisa men