Rumah Tanggaku
a cintai tentulah bahagia. Itu sudah pasti kan, lalu yang di rasakan l
. Tapi, itu semua akan terasa indah karena mereka saling mencintai dan bayangan sang wanita adalah ia di ba
isa-bisanya aku membayangkan hal semacam itu padahal baru di l
lihat seorang wanita yang tengah tersipu mal
ku. Ah, sudah, lupakan itu. Aku harus sadar pekerjaanku banyak. Aku mema
Ibuku. Aku mengangguk dengan
kan?" tanyaku riang. Ibu
s di lamar?" godanya. M
sih, Bu? Malu ka
dirimu bahagia, dan itu harus." Aku menatap Ibu dengan penuh cinta. Ibu yang membesa
ucapku tulus. Ibu han
tu Ibu potong
ia
idak pernah lupa untuk memasak. Bagi Ibu ketika kita memasak maka akan membuat rumah nampa
pada Ibu tanpa terkecuali. Tapi entahlah apakah ketika nanti
dadak aku terdiam mengingat itu semua. Haruskah aku menika
mu, justru kalau ada kamu, Ibu jadi semakin repot karena harus
um kecil, bagaimana mungkin Ibu ku tahu isi hati ku ini. Ibu ku mema
*
wanita yang tidak suka keluar rumah dan bergaul dengan banyak orang. Jadi, ak
sebuah notif pesan masuk ke dalam Wa ku. Aku be
ah pesan singkat berupa
as," jawabku dengan
debar dan bahagia aku mengangguk. Eh, untuk apa pula aku meng
ling tahu satu sama lain. Dan saling menyukai sepertinya, eh, bukan sepertinya karena itu
kami. Aku di ajak salah satu tetanggaku yang seorang guru ngaji. Seumuran denganku sekitar usia 23 tahun. Dan karena Ibu
u, maka bagilah agar ilmu yang kamu miliki bermanfaat. Untuk
Ibu yang membuat aku akhirnya ma
dengan usiaku. Ternyata semua yang mengajar adalah anak-anak muda yang hebat dan ce
menyukai suasana di Masjid ini. Oh ya, perkena
'quran dengan suara merdunya. Ia orang yang tega
asih kuliah dan sangat polos dan juga paling tampan serta imut. Aku menganggapnya
ku. Ia juga yang mengajakku untuk mengajar ngaji di
ru ngaji, ia hanya laki-laki yang rajin sholat di Masjid, ketika, Magrib, Isya d
isa kenal dengannya
pai waktu isya datang. Jadi selepas sholat magrib, Mas Ibnu tidak per
ji anak-anak. Tak pernah sekali pun ada percakapan di antara kami
tanya yang tak sengaja bertemu itu. Kami akan langsung
ketahuan olehnya. Usia Jaya dan Mas Ibnu berbeda tiga tahun. Jaya itu seumuran dengaku y
carakan, aku tidak tahu karena menguping adalah hal yang dosa. Jadi, biarkan mereka dan Allah yang tahu. Ak
ikan sebuah pesan pada Jaya, lalu Jaya memberikan pesan itu p
u untukku. Aku meliriknya dan ia mengangguk dengan senyum keci
ka ia memang ingin melamar." Endah tersenyum senang mendeng
masing-masing. Tentu saja ada raut bahagia yang tercetak jelas di wajah Mas Ibnu
erniat untuk melamarku. Aku menunduk, tersipu, berdegup, tak sanggup berka
a menjadi calon istrinya d