icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Rumah Tanggaku

Bab 3 Rumah Tanggaku 3

Jumlah Kata:1678    |    Dirilis Pada: 06/12/2021

atnya. Dan besok aku akan melihat Ayah lagi setelah sekian tahun tak bertemu. Entah seperti

ku yang nyaman. Malam ini adalah pengajian untuk pernikahanku besok. Rumah ku juga sud

untukku yang aku amini. Pengajian pun di mulai dan berjalan dengen khusuk.

ang istri dan tentunya aku akan di boyong oleh suamiku. Mengingat

n aku berlabuh di pundak Ibuku. Mencurahkan isi hatiku, membuat kami berdu

elama ini kami hidup berdua dan sekarang mau tak mau kita harus

ukannya dan men

boros, harus pintar mengurus rumah tanggamu, paham ndok?" Aku

u kembali ke rumahnya masing-masing dengan membawa satu kantung dari k

i. Malam semakin larut dan rasa kantuk tak bisa di bendung lagi. Ibu

etika aku selesai di make-up besok pagi. Jadi baik aku dan suami ku na

olehkah aku mengirim p

uk tidur karena aku tidak mau sampai kelelahan besok. Apalagi sampai mengantuk

ata setelah meny

*

totku. Aku menarik nafas dalam karena hari ini adalah hari terpenting dala

suami, tapi juga bertemu Ayahku.

" tanya beberapa s

e," jawab

da mereka yang membu

bar apa s

tak menanggapinya lagi karena malu. Dan

holat subuh karena sudah adzan saat aku mandi tadi. Di dalam kamar yan

tengah menunaikan sholat subuh? Di

anti di depan sadahku ada sajadah suamiku, aku akan jadi seorang makmum yang berdiri dan mengikuti gerakan sang imam yang merupakan suamiku sendiri. Lalu

n juga merapihkan beberapa barang yang terkesan berantakan

i seprei ku dengan yang baru. Yang di anjurkan oleh Ibu ku kare

ri sebelum aku di boyong ke rumah orang tua suamiku. Bagaimana pun nanti

luar kamarku. Bergegas aku menjawab dan

g pria paruh baya berdiri di dampingi seorang Ibu lebih mud

kah? tanyak

. Membuat lamunanku buyar dan menuntunku untuk mencium tanga

ing di mataku, tapi bagaimana pun aku tet

. Bagaimana? Ibu ku? Aku lantas menatap Ibu yang berada di samping Ayah ku

yang paling mencengangkan adalah Ayah dan Ibu tiri

a aku pun menurut dan menyapa para adikku. Ada tiga adik yang harus aku

ngobrol di sana, tapi waktu ku tak

pan. Mereka pun mengerti dan aku meninggalkannya untuk masuk ke dala

, harus ceria, ini kan hari bahagia," nas

ya?" uja

s ban

ih tau yang lain

ersenyum senang karena ternyata perias ku mudah bergaul dan bisa membuat nyaman yang d

udah memberikan pe

*

ar iring-iringan pengantin laki-laki yang sudah sampai di rumah ku. Aku kini di temani En

tatus suami. Kami akan terus berjauhan sampai kata sah terdengar dan ia akan mengetuk pintu kamar

tak karuan rasanya karena menunggu deti

dah yang selalu kale

terdengar kata sah, k

rnah aja," ledekku. E

rnah nemenin Kak

a-ya, h

elah sekian lama menunggu kabar akhirnya ada yang mengetuk pintu

dan merapihkan penampilanku karena sebentar lagi aku akan di jem

deg-degan ba

amanya juga mau

ana dong,

diri, terima apa pun yang suami lakuka

, Nd

, kalau ada yang ketuk pintu nanti, tanya siapa? Kalau jawabannya suami mu, maka kamu harus menguc

u paham bang

ang kasih tahu ya orang tua bukan aku. Udah ya,

ergi dong, Nda

ira

uan rasanya, aku bangun dan berjalan bolak-balik karena bingung. Sampai aku mendengar sebuah ketukan pi

. "Si-siapa?" tanyaku ses

erat. Aku tahu ia juga gugup sama seperti ku. Aku

berapa detik barulah aku mendengar s

engantin berwarna putih, lalu celana panjang putih, dengan di balut kain batik berwarna coklat yang sen

i panggil istri oleh Mas Ibnu. Ya Allah. Aku hanya bisa menjawab dengan sebuah anggukan dan

eluarganya. Ia masuk ke dalam kamar untuk menyentuh kepalaku dan membacakan doa setelah menikah, lalu h

nurut saja. Mas Ibnu lantas memberikan jemarinya padaku untuk di genggam. Dengan ragu aku memberikan ta

tersenyum malu-malu dan pergi d

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka