Kasih Sayang Yang Dikhianati
ah mencampur
u berarti Alexander tidak akan pernah membuka diri padanya? Apaka
. "Aku tidak bisa hidup seperti in
n wajah serius, membaca beberapa berkas sambil menyeruput k
Isabella pelan, men
datar, tanpa mengalihkan
ang beradu dengan piring terdengar. Isabella mencoba makan, t
Hari ini aku akan bertemu seorang klien penti
nya mengang
hangat, seakan mereka hanyalah dua orang a
menggoyangkan dedaunan, namun pikiran Isabella masih jauh dari tenang. I
nda tampak tidak enak badan, Nyonya. A
k, Grace. Aku baik-baik saja. H
Kalau begitu, semoga teh ini b
eguknya, ia melihat seseorang berdiri di luar pagar taman. Sosok itu
Wajahnya samar, tapi jelas bukan p
t. "Grace, kau bisa kembali ke dap
, Nyo
ng rumah. Ia mengikuti arah orang asing itu. Jalan setapak kecil membawa
a?" gumam Isabella,
ghilang. Yang tersisa hanyalah selembar kertas kecil yang sepertinya ja
itu tertul
ikahan ini tidak seper
bergetar memegang kertas itu. Sia
as itu berulang kali. Ia ingin bertanya pada Alexander, tapi
di laci meja rias, bersem
amplop lain yang tergeletak di sudut. Ia tidak ingat perna
ada beberapa
eorang pria asing. Mereka tampak sedang bertemu di sebuah tempat yang remang, dengan be
p mulutnya, nge
ihatkan Alexander berjalan bersama pria yang sama,
nya. Apakah ini yang dimaksud oleh orang asing tadi?
sabella mencoba ber
arin aku melihat seseorang di dekat pag
cepat, matanya m
at jelas. Hanya saja... aku merasa dia
tas
kata Alexander sebelumnya bergema di kepa
jelas membacanya," boh
Jika kau melihat orang asing mendekati rumah ini lagi,
selubung. Isabella hanya bisa mengangg
to itu dengan hati-hati. Ia takut jika Alexander menemukannya. Namun semakin ia
lla memberanikan diri keluar rumah. Ia kembal
ang terdengar. Isabella melangkah perla
kaki terdengar dari bel
engan topi muncul d
ng," ucap
"Kau... orang yang
punya sesuatu yang harus k
au peduli padaku?" I
well bukan pria yang kau pikirkan. Dia terlibat dalam hal-hal berbah
n darahnya berdes
sk kecil. "Di sini ada rekaman. Simp
tapi pria itu buru-buru berba
enggenggam flashdisk itu seolah itu adalah benda paling b
natap layar laptop dengan tangan gemnya ada beberapa file video.
sedang berbicara dengan pria asing yang sa
ancar. Aku tidak mau ada gangguan. Jika a
p mulutnya agar tidak menjerit.
xander menerima sebuah koper hitam. Ia mem
a tersengal. "Ya Tuhan... apa yang
u memang melukai, tapi apa yang ia lihat sekarang-ini lebih dari sekadar pengkhianatan.
kutan itu, ada teka
ar... aku harus tahu sampai sejauh mana rahasiamu,
dar istri yang terluka. Ia mulai berubah menjadi wanita ya
bisa jadi akan menyeretnya lebih dalam ke dun
yang tadi begitu keras perlahan reda setelah Isabella mengayunkannya dengan sabar. Suasana kamar temaram, hanya diterangi lampu keci
beruntungnya kamu punya ayah seperti Alexander? Meski kada
paya meyakinkan dirinya sendiri daripada kenyataan. Apakah benar Alexander hanya k
i terasa berat. Tapi tiba-tiba suara ketukan pintu
suara itu rendah da
erapikan selimut Emily sebelu
dikit kusut. Aroma parfum maskulin yang khas langsung memenuhi ruangan. Isabella bisa me
Alexander menoleh k
pelan. "Baru saja. Di
abella melihat ekspresi berbeda di wajah pria itu. Bukan wajah dingin atau kaku, mel
enarik napas panjang, kembali berdiri tegak
nelan ludah
. Aku tidak ingin m
at Isabella tak bisa menolak. Ia hanya m
tusan buku, sebagian besar tentang bisnis, hukum, dan investasi. Sebuah meja besar dari k
hitamnya, sementara Isabella
," ucap A
g. Tangannya ia genggam erat di pangkuan
Aku tahu pernikahan ini... tidak mudah bagimu. Kau tid
rtama kalinya Alexander mengakui keny
ku sudah cukup hancur ketika kehilangan kakakmu. Tapi keadaan memaks
exander. Tapi bagaimana caranya? Kita bahkan nya
ekarang, kita harus belajar. Aku akan ber
adi apa?" tany
Alexander setelah jeda panjang. "Kita tidak harus saling men
kan. Saling menghormati-bukankah itu standar yang terlalu rendah untuk sesuatu sebesar p
siknya. "Aku
sejenak, lalu menga
ngin mengatakan banyak hal-tentang rasa kehilangan, tentang betapa sulitnya
memecah keheningan. "Isabella, a
kat wajah, menat
minggu depan. Ada urusan bisnis
la terperanjat. "Bag
uh, ada perawat, dan ada tim keamanan. Tapi aku ing
berusaha. Tapi Alexander, bagaimana jika dia menangis
endekat, lalu berdiri di depan Isabella. Pr
ang kau kira, Isabella
erdebar aneh. Ada sesuatu di sana-kepercayaan, mungkin juga r
xander akhirnya, mundur selangkah. "Bes
elum keluar, ia menoleh sebentar. Alexander kembali berdiri di depan mejanya
p pintu dengan
yan mondar-mandir, mempersiapkan acara makan malam formal yang akan digelar malam
s. Ia tahu dirinya akan dituntut hadir di acara itu, mendampingi Alexan
ucap Clarissa, pelayan pribadi yang sejak b
nya melihatnya saja sudah membuat jantungnya berdegup kencang. Ia bukan tipe peremp
han lain yang lebih se
s. "Tuan Alexander memi
r. Artinya, ia tak bisa menolak. D
pun
hnya dengan sempurna, membuatnya tampak anggun. Rambutnya disanggul rapi, beberapa hel
lan jas hitam yang membuatnya tampak semakin berw
sah. "Apa ada
pelan. "Tidak. Kau.
ru-buru menunduk, berusaha
ya Alexander, men
lipkan tangannya ke dalam lenga
puluhan tamu sudah berkumpul, suara percakapan dan dentingan gelas memenuhi
lackwell...
atapan penuh rasa ingin tahu, juga sedikit iri. Ia m
tangannya lebih erat,
r. Ia tersenyum, menyapa tamu-tamu, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan basa-basi.
dengan gaun biru muda menghampiri mereka. Waja
nya manis tapi menyiratkan sesuatu.
menoleh.
engar asing, tapi cara Alexande
enoleh ke Isabella, menatapnya dari atas ke
sopan. "Ya. Senang b
Semoga kita bisa lebih sering bertemu.
tinya bergejolak. Ada sesuatu dalam tata
essa malam itu bukan kebetulan. Dan perasaan aneh yang tumbuh di hatinya, e
mulai pamit. Alexander dan Isabella kembali ke kamar me
up, Isabella tak bi
" tanyanya, suarany
sejenak sebelum menjawab. "D
waban itu terlalu si
t namanya..." Isabella menggenggam tang
kat. "Isabella, aku sudah bilang: dia masa
ru saja memasuki babak baru. Babak di mana bukan hanya Em