Dikhianati Suami, Diremehkan Mertua
jap, cahaya lampu gantung yang menyilaukan memaksa matanya menyesuaikan diri. Ruangan batu dingin te
ourt. Mereka membawanya melintasi hutan, melewati gerbang besi hitam berukir lambang singa bersayap: lambang keluarga . Kastil Wh
ak bicara. Hari kedua, me
ok dari mimpi buruk yang menjelma nyata. Jas hitamnya terpotong sempurna
suaranya dalam, te
rakan," sahut Alena, berusaha
n bermain-main denganku, Alena. Kau pikir aku tidak tahu? Ada bocah laki-la
menatap balik pria itu dengan pa
lang. Tujuh tahun tanpa jejak. Lalu tiba-tiba ada seorang an
pernah melahirkan dua bayi. Satu men
sendiri, tapi ia harus bertahan. Ia ha
bawanya ke sayap timur kastil. Koridor panjang berlampu redup membentang di depan mata
ap, karpet merah tua terhampar di lantai marmer hitam. Di ujung ruangan, berd
Kau telah mencoreng darah keluarga kami. Tapi kami akan memberimu
git bibirnya hingga terasa
ga. "Kunci dia di kamar atas. Pastikan dia tidak keluar. D
u mewah: ranjang kanopi, perapian, dan satu jendela tinggi menghadap tebing dan laut. Tap
n di balik taman, menuju gerbang samping yang tampaknya jarang dijaga
at di luar sa
penculikan itu. Mereka diseret terpisah. Teriakan Julian
ngan kasar. Tidak ada waktu untuk hancur. Dia har
, Alena mulai bergerak. Ia merobek seprai ranjang menjadi beberapa helai panjang, meng
a, dingin dan tajam seperti pisau. Ia mengikat salah satu ujung
mulai menuruni dinding batu kas
a seperti menarik tubuhnya melewati silet. Tapi ia tidak b
eriakan. Ia merayap melewati taman, bersembunyi di balik semak mawar yang tajam, menunggu saat dua pen
i gerbang samping sebelum sempat dipahami siapa pun. Lalu, jala
di balik pepohonan, Alena hampir t
ian itu bel
encana berbentuk elang hitam - lambang unit keamanan pribadi Whitmore. Itu berarti Julian kemungkinan besar masi
elinap ke sebuah penginapan tua dan menukar anting peraknya dengan satu malam kamar dan pakai
. Tapi hanya satu yang terpencil dan cukup aman untuk m
a. Ia tidak punya senjata, tidak punya uang, tidak ada sekutu
ng atau bawah jembatan. Ia makan roti kering yang ia curi dari pasar desa. Setiap kali rasa takut mulai melumpuhkannya, ia m
r yang gelap, tampak rumah kaca batu abu-abu berdiri sunyi, lampu temaram menyala di dal
a salah satu penjaga pergi ke pos jaga, lalu menyelinap ke sisi pagar, merangkak melewa
ngat, penuh mainan berserakan di lantai. Dan di sana - di atas sofa - duduk seorang ana
k Alena, air mat
at, ia memecahkan kaca kecil jendela itu menggunakan batu, menyelinap masuk. Potong
Matanya membes
di bibirnya, menahan isak.
a erat-erat, tubuh mungiln
ommy di sini seka
i danau. Namun suara alarm meraung di belakang mereka - salah satu sensor gerak tertan
rak ranting, napas mereka berpacu dengan detik. Peluru menyalak di ke
tambat, lalu mendayung sekuat tenaga menyeberangi danau gelap. Angin malam mencambuk wajah
perahu menjauh agar tidak bisa digunakan untuk mengejar mereka. Mereka berlari ke dal
henti, terengah-engah dan basah kuyup,
nya, membiarkannya tertidur di dada. Ia menatap langit yang mulai teran
ini, mere
perburuan baru
rhenti sampai mendap
k akan menyerahkan putranya.