Dikhianati Suami, Diremehkan Mertua
ng menegakkan diri bagai tombak hitam. Matahari nyaris tak mampu menembus tirai
s pendek-pendek. Nafasnya membentuk uap tipis. Di tanga
i aliran anak sungai kecil, mencoba mengingat jalan pulang
n. Tapi di balik itu, samar-samar ia mendengar suara anjing meng
ti berdebar. "Mereka..." bi
i pinggir sungai, baju dan wajahnya berlumur lumpur. Ia sudah berhari-hari mencari
dari atas bebatuan
Moira. Di sana, ada jejak kaki mungil - tidak lebih besar dari
gsung menggenang.
lebat. "Tapi ke arah situ.
ikenal berbahaya-curam, berkabut, dan penuh celah tanah dalam yang tersembunyi di balik
gnya mengeras. "Kalau dia ke
nyusuri jalan berbatu. duduk di kursi depan, bahunya meneg
a dua kilometer di utara sungai ini," ujar da
bing Hitam," peri
yah berbahaya, Tuan. Tebing curam, banyak gua
gai pisau. "Lebih baik kehilangan s
berkata a
i. Kabut makin tebal, membuat dunia di sekitarnya seperti mimpi buram. Ia h
nya, ada satu pikiran yang terus ia ulang dalam kepalanya: Kalau mereka menemukan Mommy, me
u-hingga suara air terjun mengg
ri sela pepohona
nggi jatuh menghantam dasar lembah berbatu. Kabut a
ak ada jembatan. Hanya batu l
tak boleh ke sana... tapi di belakangnya, samar-samasudah
ebing Hitam hampir be
ban di tanah basah di b
pasnya tercekat. "Tida
in lembah, hanya ratusan meter jauhnya
t tebal, hanya dipisahkan jurang lebar dan pohon-pohon tingg
a kejar kini berdiri di tepi jurang, tubuh mungilnya terguncan
ng semakin nyaring. Langkah
enatap ke belakang. Mata birunya berkila
lindungi Momm
ke arah tepi ba
ar hitam muncul dari balik
ulang dari perut bumi. Kabut menggumpal pekat, berputar-putar di sekitar tebing
a bergetar hebat. Di bawah kakinya, jurang menganga
buatnya terperangkap. Setiap kali ia bergerak sedikit, kerikil
ar keras, menghantam
a ketakutan, suara
Ia sudah kehilangan jejak Julian berkali-kali, hanya menemukan potongan kain dari sweater anaknya yang tersangkut di semak berduri. Tapi setiap kali ia henmendengar teriakan. Sangat k
, menggema memant
ada ja
terus memanjat, menolak
nyusuri celah-celah batu. berjalan di depan mereka, hanya membawa tali panjat dan lampu
"Tuan, medan ini terlalu berbahaya
potong Dorian tajam. "Aku tida
m, tubuh tegapnya bergerak lincah meski medan mematikan. Kabut menggigit k
darah dagingnya. Daging dan darah ya
a jurang seperti lolongan hantu. Ia mencoba tidak menat
bawah kakinya
n men
r. Tubuh mungilnya meluncur ke depan,
mela
annya mencakar-cakar, teriakan m
mencengkeram perg
uara pria meraung
jah . Mata biru yang tajam, rahang terkatup keras, len
gan lepas," desis Dorian, sua
guk panik, air mata berca
erlahan, otot lengannya menegang. Ba
sedikit
, suara lain berteriak -
, dan matanya
ur - wajahnya pucat, rambut acak-acakan, mata coklatnya menyala penuh ke
a ke aku!" t
rian datar. "Aku
elamanya!" Alena melempar ujung tali ke arah Dorian, lal
gangguk sekali, singkat. Mereka bekerja tanpa bicara - Dorian mengangkat sedikit tubuh Juliat!" ser
ruh tenaga terakhirnya, dan bersama-sama
ung memeluknya erat-erat, menutup kepala Julian de
risak lemah, suara p
y di sini..." bisik
at. Untuk sesaat, dunia hanya berisi mereka bertiga-terbungkus
n bertemu
buan pertanyaan dan luka ya
ri di tempat yang sama-dan menyadari
tar di sekitar mereka, s
a tak pernah bayangk