Dikhianati Suami, Diremehkan Mertua
asil menangkap pergelangan tangan Julian tepat sebelum batu di bawah kaki anak itu runtuh ke jurang. Dan sekarang... Dori
an yang pernah ia kira sudah mati, bangkit lagi begitu melihat tatapan Dorian pada anak
, suaranya serak dan tertahan. I
tajam seperti baja menatap lurus ke
rkannya. Aku yang melindunginya. Aku yang menenangkannya setiap mal
gin yang menusuk. Dorian merapatkan jaketnya ke tubuh sang anak, seolah tak mendengar kata-ka
lam sangkar emasmu? Agar dia tumbuh tanpa cinta, hanya denga
a menegang seperti kawat ditarik. "Kau tahu dunia di luar sana tidak akan membiar
"Karena keluargamulah semua ini terjadi. K
makin menebal. Hanya napas Julian yang p
n yang dulu, yang pernah bersandar di pangkuannya dengan mata lelah namun lembut, yang pernah tertawa ketika membic
agi," katanya pelan, nyaris seperti bisikan, t
batu basah, tubuhnya menegang. Julian tidur meringkuk di pangkuannya sekarang-setelah Alena memohon, Dorian akhirnya menyerah menyerahkan anak itu seme
luar, awas pada setiap suara. Bahunya tegang, tangannya tak pernah jauh dari gagang pistol yang terikat di sabuknya
keras-campuran syukur, takut, dan marah. Marah karena Dorian muncul kembali. Marah karena ia harus melihat Julian berada di tengah pusaran
narnya," ucap Alena tiba-tiba,
menoleh. "D
ia membencim
erdengar. Lalu ia menghela napas panjang. "Lebih baik dia
t, seolah bisa melindungi anak itu dari masa depan yang sedang membayang di antara me
u," balas D
mbuka perlahan. Alena langsung membungkuk, menyentuh p
a membulat melihat Dorian. Tu
at, mengusap rambutnya.
ali pada Dorian, wajahnya bingung d
Tapi dia juga yang m
Julian, dalam dan tajam, seolah mencoba menan
aranya nyaris tak terdenga
tara, namun tiba-tiba diminta menjelaskan hatinya pada seorang bocah. "Karena... kau penting," katany
enggenggam tangan Alena erat-era
ketika. Ia menatap Dorian,
cepat, lalu hilang lagi, terkubur. "Kau pikir aku in
rang," balas Al
seseorang menembaknya? Menculiknya? Mengeksploita
pan dalam-dalam selama bertahun-tahun. Tapi ia menegakkan bahu, menatap Dorian luru
emudian berdiri. "Dia tidak
ahu siapa yang mencintai
t pada ibunya, matanya mengawasi Dorian seperti anak rusa mengawasi singa. Da
perakan tipis muncul di ufuk timur. Dorian mematikan api unggun keci
i punggungnya, mengikatkan selendan
pikir aku akan membiarka
antang. "Kalau kau mas
enuruni bebatuan licin dengan cekatan. Alena menggigit bibir, lalu mengikuti-karen
k berdetak di sumbu bom waktu. Julian menunduk di punggung ibunya, napasnya pelan
awah, Dorian menghentikan langkahnya. Ia menol
mu waktu," katany
rjap, terke
an semuanya pada dia. Tiga hari untuk membuktikan padaku bahwa
i berdetak sejenak. "
n, dingin. "Dan tiga hari l
enghilang di balik pepohonan, meninggalkan Alena d
ap ibunya dengan mata lelah namun penuh per
pis, meski hatinya bergetar hebat. "Ke te
saling menghantam. Tiga hari. Hanya tiga hari untuk menyelamatkan pu
tahu Dorian akan bena
napas Julian, pelan dan teratur, dari sudut ruangan kecil yang mereka sewa semalam. Rumah petani tua di pinggiran desa Samper Hollow-
dapatnya saat hampir jatuh di Tebing Hitam telah dibersihkan, dibalut seadanya. Malam tadi, Julian hanya sempat makan sup kentang hangat buatan sang pemilik
dah terbentuk diam-diam dalam tatapan Dorian semalam-sebuah jeda singka
enemukan jalan keluar yang benar-benar memutus mereka d
sisa ia selipkan ke dalam kantong rahasia di balik mantel. Ia menatap seka
a harus perg
jap beberapa kali sebelum fokus pada
guk. "Ya. Tapi kali ini kita akan
a perih-Julian seharusnya sedang berlarian di lapangan, tertawa bersama teman-temannya, bukan hidup dalam ketakutan terus-men
a mengenakan kemeja hitam sederhana, lengan tergulung hingga siku, memperlihatkan urat-urat tegang di lengannya. Mata kelamnya me
h satunya adalah Callen, tangan kanannya sejak dulu, yang mengen
alur kecil di peta. "Kami mendapat laporan bahwa seorang w
an dingin. "Alena tidak akan bertahan di s
dengan hati-hati. "Kalau begi
, lalu berkata, "Kita
berpandangan, bingung. Callen meng
tidak akan bisa lari lagi. Kita tutup seluruh jalur utara, kita pasang pengawasan di pelabuhan. Aku ingin merek
a Alena
elamnya yang dingin. "Dia boleh melawan aku... tapi t
ngsi dari utara, lalu berganti kereta barang hingga mencapai desa Claremont saat malam tiba. Tempat itu lebih ramai dari Samper Hollow,
tap keluar jendela ke arah jalanan berbatu yang d
H
ukan kita... apa
ngkok di hadapannya, menggenggam kedua tangannya. "Kalau dia me
ergetar. "Tapi dia... menye
ris pecah. "Tapi itu tidak berar
ya, Alena bisa merasakan tubuh kecil itu masih gemetar, antara tak
rtawa, rambutnya tertiup angin, mata berbinar. Foto yang dulu ia simpan di balik
ebih kepada dirinya sendiri daripada siapa pun. "K
up jalanan barat," katanya tegas pada Callen. "Pastikan setiap penginapan diperiksa
k, T
i, membungkus mereka dalam bayangan dan aroma lumut lembap. Mereka berjalan cepat tanpa bicara, hanya sesekali
a lambat. Alena akhirnya menggendongnya di punggung
begini selamanya?" tanya
ya terengah. "Hanya sampai kita menemukan
alu berkata lirih, "Ay
menahan isak yang nyaris
i sana. Ia tahu waktu mereka hampir habis-hari ketiga hampir datang, dan Dorian pasti sudah menutup sebagian be
satu-satunya perlindungan yang tersisa. Ia memikirkan jalan keluar yang tersisa-perbatasan timur, menyeberang ke luar wilayah Whitmore. Tapi itu berarti melintasi
irinya sendiri, pada malam yang membe
ket
. Matahari terbit menyinari hamparan hutan dan bukit yang membenta
rgreen kemarin sore. Se
ang menjadi garis tipis. "Maka mereka akan
titik utama," ujar Callen. "Begitu
," potong Dorian
angkat alis
akukan mereka seperti musuh. Merebut berarti membawa pulang
but hitamnya. "Kau dengar, Callen? Kita rebut anakk
rlari menembus bayang-bayang hutan dengan sisa kekuatan terakhirnya-karena i