Balapan Terakhir Sebelum Dijodohkan
bertegur sapa dengan papahnya. Sesekali ia keluar hanya untuk makan atau sekadar mencari udara segar di balko
eras di kamarnya. Ia duduk di lantai, bersandar pada kasur sambil memainkan gitar listrik
tu kamarnya d
Mama mau bicara," suara lemb
nya dengan malas. Ia berjalan ke pintu,
wajahnya. "Nak... malam ini keluarga sahabat Papa akan datan
naikkan alis. "Atau aca
untuk kali ini saja, Nak. Demi kebaikan kamu juga. Mama mohon, berpakaianlah sopa
b? Ma, gue-eh, aku-nggak pernah nyaman
mbil semua aset yang selama ini dia berikan untukmu. Motor, tabungan, bahkan apartemen kecil yang
ng, matanya memerah karena k
aik untukmu. Sekali ini saja, tolong turuti. Setelah itu, keputusan
ksanakan ancaman itu. Semua yang ia punya bisa hilang dalam sekejap. Ia menggenggam tangannya, lalu berkata d
sap kepala Raina. "Terima kas
-
Ia membuka lemari, menatap gamis yang sudah disiapkan mamanya. Gam
kai beginian..." gumam
tupi rambut pendeknya, Raina merasa seperti kehilangan jati diri
bar-bar dengan jaket kulit dan motor sport menghilang, d
" ucapnya sambil m
-
di depan rumah. Suara derap kaki dan salam terde
udah datang," suara mamanya
Hijabnya membuat ia merasa sesak, dan setiap
Wajahnya teduh, dagunya ditumbuhi sedikit janggut rapi, pakaiannya sederhana: koko putih dan cela
wajah ramah. Wanita berjilbab besar tersenyum
apa mamanya sambil me
alam," jawab m
gan senyum lebar. "Ini
enuh kagum. "Masya Allah... cantik sekali a
duk, hatinya bert
ata mamanya pelan. "Umi namanya **Umi S
an Umi Salma dan Abi Karim dengan sopan. M
ya **Fahri Al-Hadi**. Dia ustadz di pesantren yang cukup terkenal, ju
ap lelaki itu. Jadi
Ketika Raina mengulurkan tangan untuk bersalaman, Fahri
g. "Saya tidak bersala
kesal. Baginya, sikap itu terasa sombong. Seolah Fahri in
ngan nada ketus, lalu me
adaan. "Oh iya, silakan duduk d
rus menatap Raina dengan kagum
ak muda zaman sekarang seperti ini. Kami sungguh senang kal
gumam, *Kalau saja mereka tahu aku siapa se
as-minggu depan Papa harus berangkat ke luar negeri lagi-Papa ingin pe
enoleh dengan
jahnya merah padam. "Aku nggak mau nikah! Nggak sekarang
s. "Duduk! Jangan mempermalu
au dijodohkan! Aku bahkan ba
tap datar, seolah semua teriakan i
asana. "Mungkin Raina masih kaget, Pak. Wa
ak! Keputusan sudah bulat. Raina ha
gannya gemetar, bibirnya bergetar. "Kenapa, Pa? Kena
anjangnya terinjak, hijabnya hampir terlepas, tapi ia tak peduli. Ia b
mengali
ikah sama orang itu..