icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Balapan Terakhir Sebelum Dijodohkan

Bab 2 Beberapa hari telah berlalu

Jumlah Kata:1018    |    Dirilis Pada: 09/09/2025

bertegur sapa dengan papahnya. Sesekali ia keluar hanya untuk makan atau sekadar mencari udara segar di balko

eras di kamarnya. Ia duduk di lantai, bersandar pada kasur sambil memainkan gitar listrik

tu kamarnya d

Mama mau bicara," suara lemb

nya dengan malas. Ia berjalan ke pintu,

wajahnya. "Nak... malam ini keluarga sahabat Papa akan datan

naikkan alis. "Atau aca

untuk kali ini saja, Nak. Demi kebaikan kamu juga. Mama mohon, berpakaianlah sopa

b? Ma, gue-eh, aku-nggak pernah nyaman

mbil semua aset yang selama ini dia berikan untukmu. Motor, tabungan, bahkan apartemen kecil yang

ng, matanya memerah karena k

aik untukmu. Sekali ini saja, tolong turuti. Setelah itu, keputusan

ksanakan ancaman itu. Semua yang ia punya bisa hilang dalam sekejap. Ia menggenggam tangannya, lalu berkata d

sap kepala Raina. "Terima kas

-

Ia membuka lemari, menatap gamis yang sudah disiapkan mamanya. Gam

kai beginian..." gumam

tupi rambut pendeknya, Raina merasa seperti kehilangan jati diri

bar-bar dengan jaket kulit dan motor sport menghilang, d

" ucapnya sambil m

-

di depan rumah. Suara derap kaki dan salam terde

udah datang," suara mamanya

Hijabnya membuat ia merasa sesak, dan setiap

Wajahnya teduh, dagunya ditumbuhi sedikit janggut rapi, pakaiannya sederhana: koko putih dan cela

wajah ramah. Wanita berjilbab besar tersenyum

apa mamanya sambil me

alam," jawab m

gan senyum lebar. "Ini

enuh kagum. "Masya Allah... cantik sekali a

duk, hatinya bert

ata mamanya pelan. "Umi namanya **Umi S

an Umi Salma dan Abi Karim dengan sopan. M

ya **Fahri Al-Hadi**. Dia ustadz di pesantren yang cukup terkenal, ju

ap lelaki itu. Jadi

Ketika Raina mengulurkan tangan untuk bersalaman, Fahri

g. "Saya tidak bersala

kesal. Baginya, sikap itu terasa sombong. Seolah Fahri in

ngan nada ketus, lalu me

adaan. "Oh iya, silakan duduk d

rus menatap Raina dengan kagum

ak muda zaman sekarang seperti ini. Kami sungguh senang kal

gumam, *Kalau saja mereka tahu aku siapa se

as-minggu depan Papa harus berangkat ke luar negeri lagi-Papa ingin pe

enoleh dengan

jahnya merah padam. "Aku nggak mau nikah! Nggak sekarang

s. "Duduk! Jangan mempermalu

au dijodohkan! Aku bahkan ba

tap datar, seolah semua teriakan i

asana. "Mungkin Raina masih kaget, Pak. Wa

ak! Keputusan sudah bulat. Raina ha

gannya gemetar, bibirnya bergetar. "Kenapa, Pa? Kena

anjangnya terinjak, hijabnya hampir terlepas, tapi ia tak peduli. Ia b

mengali

ikah sama orang itu..

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 kerumunan anak muda2 Bab 2 Beberapa hari telah berlalu3 Bab 3 rumah keluarga Raina4 Bab 4 Saya harap kamu bisa tenang5 Bab 5 Suara koper beradu6 Bab 6 Mobil hitam yang dikendarai7 Bab 7 tidak enak hati menolak8 Bab 8 menenangkan9 Bab 9 riuh rendah mereka bersiap berangkat10 Bab 10 sebagian bercanda kecil11 Bab 11 perjalanan pulang12 Bab 12 menepatinya13 Bab 13 melintasi halaman14 Bab 14 menuju kantin15 Bab 15 suasana rumah besar16 Bab 16 Di area kosong dekat gudang17 Bab 17 Di ruang IGD18 Bab 18 sosok lelaki yang sedang tertidur19 Bab 19 terus mengontrol hidupnya20 Bab 20 menenangkan diri21 Bab 21 kecewa22 Bab 22 perasaan yang sulit diungkapkan23 Bab 23 kamar malam24 Bab 24 rumah yang sederhana25 Bab 25 perasaan berbeda26 Bab 26 masih belum sepenuhnya percaya27 Bab 27 membicarakan dirinya28 Bab 28 Hening malam29 Bab 29 makan dulu30 Bab 30 Surat dari Fahri31 Bab 31 Sesekali ia melirik surat32 Bab 32 diberikan Raina33 Bab 33 Fahri hanya bisa pasrah34 Bab 34 terlihat lemah35 Bab 35 Mobil yang ditumpangi36 Bab 36 berbaring di atas kasur37 Bab 37 berjalan jauh masih sulit38 Bab 38 Suasana sore39 Bab 39 baru saja pulang40 Bab 40 hanya terdengar41 Bab 41 kamar Fahri dan Raina42 Bab 42 tanpa sepengetahuannya43 Bab 43 suasana kampus44 Bab 44 Suasana di dalam mobil45 Bab 45 Tengah malam46 Bab 46 Malam semakin larut47 Bab 47 lebih ringan dibanding semalam48 Bab 48 Mobil hitam itu berhenti49 Bab 49 Suasana kelas pagi50 Bab 50 kejadian tadi51 Bab 51 urusan mereka52 Bab 52 Wajahnya penuh kemenangan53 Bab 53 Kamar yang tadinya sunyi54 Bab 54 setelah pertengkaran55 Bab 55 membawanya56 Bab 56 didepan rumah mertua57 Bab 57 rasa kecewa dan takut