icon 0
icon Pengisian Ulang
rightIcon
icon Riwayat Membaca
rightIcon
icon Keluar
rightIcon
icon Unduh Aplikasi
rightIcon

Balapan Terakhir Sebelum Dijodohkan

Bab 4 Saya harap kamu bisa tenang

Jumlah Kata:1009    |    Dirilis Pada: 09/09/2025

isi miring, rambutnya berantakan, wajahnya yang polos tampak lelah setelah semalam dipaksa menjalani pesta pernikahan

ngantin itu. Setelah selesai, ia duduk sebentar, menatap Raina yang masih terlelap. Ada rasa tanggung jawab yang berat di pundaknya, tapi wajahnya

engambil beberapa setel pakaian dari lemari, memasukkannya ke dalam koper bes

-acakan, kaos tidurnya longgar. Begitu matanya menatap punggung Fahri y

pagi-pagi gini?" seru Raina, suaranya

etap datar, tidak berubah sama sekali

rburu-buru, lalu berdiri di depan Fahri. "Apaan? Ikut? Gue nggak ada rencan

inya yang masih seperti singa baru bangun tidur. "Sekarang kamu ist

"Lu pikir gue mau tinggal di tempat yang penuh

ya menarik napas panjang, lalu berkata pelan namun tegas, "Kalau kamu menolak i

ang. Ia tahu, papahnya pasti akan lebih marah jika mendengar itu. Pap

a bergemeletuk menahan kesal. "Sialan...

ancam. Saya hanya mengingatkan. Kamu sek

pernah minta nikah sama lu, Fahri! Gue masih pengen bebas, gue masih pengen balapan, n

ng lagi. "Raina, saya tahu ini berat buat kamu. Tapi kamu harus

buk kerja terus. Gue cuma punya temen-temen gue. Balapan itu satu-satunya cara gue ngerasa hidup. Seka

benar marah, sementara Fahri tetap

Fahri tenang, "saya akan bicara

kali melawan. Tapi bayangan papahnya yang tegas dan keras kepala membuatnya

"Arghh! Gue benci banget sama situasi ini! Fine, gue ikut! Ta

ngangguk pelan, lalu berkata, "Baik. Kalau begitu, si

k punya barang yang cocok buat tinggal di pesantren lu. Baju gue semua pendek-pe

inya. "Saya sudah duga. Mulai sekarang, saya ingin

gue siapa? Gue bukan boneka lu yang bisa lu dandani seenak jidat! Gu

belajar. Saya akan bantu. Tapi

dup bebas, gue balapan, gue nongkrong sampai pagi, gue nggak peduli sama omongan orang. Dan sekarang lu mau

mun tidak menghakimi. "Saya tidak mimpi, Raina. Saya hanya

eriak, "GUE NGGAK BUTUH JALAN YANG LEB

eberapa pelayan di luar kamar sampai m

alau begitu, siapkan d

h, tapi ia buru-buru mengusapnya kasar dengan punggun

suci..." gumamnya d

nya meraih kopernya, lalu duduk sebentar

an tanpa peduli. Ia melempar-lempar baju ke dalam tas dengan kasar,

"Terima kasih sudah mau menyiapkan barangmu. S

sendiri ke arah pintu. "Tenang pala lu!

a yang menantinya di pesantren. Takut kehilangan jati dirinya. Dan mungkin...

Buka APP dan Klaim Bonus Anda

Buka
1 Bab 1 kerumunan anak muda2 Bab 2 Beberapa hari telah berlalu3 Bab 3 rumah keluarga Raina4 Bab 4 Saya harap kamu bisa tenang5 Bab 5 Suara koper beradu6 Bab 6 Mobil hitam yang dikendarai7 Bab 7 tidak enak hati menolak8 Bab 8 menenangkan9 Bab 9 riuh rendah mereka bersiap berangkat10 Bab 10 sebagian bercanda kecil11 Bab 11 perjalanan pulang12 Bab 12 menepatinya13 Bab 13 melintasi halaman14 Bab 14 menuju kantin15 Bab 15 suasana rumah besar16 Bab 16 Di area kosong dekat gudang17 Bab 17 Di ruang IGD18 Bab 18 sosok lelaki yang sedang tertidur19 Bab 19 terus mengontrol hidupnya20 Bab 20 menenangkan diri21 Bab 21 kecewa22 Bab 22 perasaan yang sulit diungkapkan23 Bab 23 kamar malam24 Bab 24 rumah yang sederhana25 Bab 25 perasaan berbeda26 Bab 26 masih belum sepenuhnya percaya27 Bab 27 membicarakan dirinya28 Bab 28 Hening malam29 Bab 29 makan dulu30 Bab 30 Surat dari Fahri31 Bab 31 Sesekali ia melirik surat32 Bab 32 diberikan Raina33 Bab 33 Fahri hanya bisa pasrah34 Bab 34 terlihat lemah35 Bab 35 Mobil yang ditumpangi36 Bab 36 berbaring di atas kasur37 Bab 37 berjalan jauh masih sulit38 Bab 38 Suasana sore39 Bab 39 baru saja pulang40 Bab 40 hanya terdengar41 Bab 41 kamar Fahri dan Raina42 Bab 42 tanpa sepengetahuannya43 Bab 43 suasana kampus44 Bab 44 Suasana di dalam mobil45 Bab 45 Tengah malam46 Bab 46 Malam semakin larut47 Bab 47 lebih ringan dibanding semalam48 Bab 48 Mobil hitam itu berhenti49 Bab 49 Suasana kelas pagi50 Bab 50 kejadian tadi51 Bab 51 urusan mereka52 Bab 52 Wajahnya penuh kemenangan53 Bab 53 Kamar yang tadinya sunyi54 Bab 54 setelah pertengkaran55 Bab 55 membawanya56 Bab 56 didepan rumah mertua57 Bab 57 rasa kecewa dan takut