Balapan Terakhir Sebelum Dijodohkan
/0/27809/coverbig.jpg?v=4c8db0fc5513b60aaa7c78f55d65dc6b&imageMogr2/format/webp)
bersahutan. Lampu-lampu kendaraan berjejer, membentuk garis panjang yang membelah kegelapan malam. Bau bensin bercampur asap knalpot memenuhi udara. Di antara k
tubuh rampingnya, dan jeans belel yang robek di lutut membuatnya tampak semakin garang. Banyak cowok menatapnya kagum, ada juga yang
" suara sahabatnya, Naya, yang juga tomboy
ke depan. "Gue udah janji sama tuh cewek, N
a sengaja ngajak lu balapan biar jatuhin nama lu,"
peduli sama omongan orang. Gue balapan bukan buat mereka.
alapan. Penampilannya glamor, kontras dengan Raina. Rambut panjang terurai, jaket merah ketat mem
bil menoleh penuh tantang
a banyak bacot, mending kita ga
nak muda sudah menyiapkan kamera ponsel, siap merekam adu
raung, knalpot memuntahkan suara bising yang memekakkan telinga. La
m berdiri di depan, mengangkat t
at
helmnya, menari
ua
at setang motor, jari-ja
ig
nampar wajah mereka. Sorakan penonton semakin memanas. Raina menco
pasi. Ia memelintir gas lebih dalam, kecepatan motornya melampaui
menyalip dengan mudah, meninggalkan
salah satu penonton sam
ban berdecit panjang. Ia melepas helm, rambutnya berantakan
Lo menang kali ini, Rain. Tapi liat aja. G
kan coba. Gue nggak pernah takut
na bergetar di dalam saku jaketnya. Ia mengernyit, m
e
nya menelpon di jam segini, pasti bukan
o, P
marah. "RAINA! Kamu di mana?! Jangan bilang Papa har
tenang. "Aku... aku bentar lagi p
ah berapa kali Papa bilang, kamu itu perempuan!
panas. Ia menggertakkan giginya. "Aku bisa jag
ga pulang! Jangan bik
pon terput
selnya dengan waj
ajahnya penuh cemas
n lagi. Gue pulang dulu, sebelum makin ribut
Raina masuk dengan motor, deru knalpotnya memecah kesunyian mala
AI
jah keras, berdiri dengan wajah merah padam. Jas yang diken
, Pa," kata
nggak tahu kamu habis
... balapan sebentar. Aku men
itu perempuan! Kamu pikir hidup kamu mainan? Kalau
pengen hidup sesuai caraku sendiri! Papa sama Mama sibuk kerja terus, n
g Papa lakukan semua demi kamu?! Dan lagi, Papa sudah putusk
rbelalak
bertanggung jawab, punya masa depan. Papa yak
Aku nggak akan pernah mau dijodohkan dengan siapapun! Aku ng
ukup bikin Papa pusing dengan kelakuan ka
berteriak, matanya berkaca-kaca. "Aku
banting keras, meninggalkan papahnya berdiri di ruang tamu
wajahnya dengan bantal. Air m
ya lirih. "Aku pengen hidup bebas, bukan di