Head Over Heels
, memperlihatkan langit biru yang cerah berawan. Tampak berdiri dengan kokoh dan megah gedung-gedung tinggi pencakar langit, bundara
ing klakson juga deru mesin dan knalpot amat menyeruak di telinga. Banyak pejalan kaki berhaluan di pinggir jalan dan memenuhi halte. Entah itu pengame
ahmadi dengan mas kawin seperangkat alat shalat d
a para sa
ahh
mduli
a resmi menjadi sepasang suami dan istri itu. Ishabella dan Dharma yang nampaknya sudah kepala 4. Mereka tersenyum sebent
rekan-rekan kerja mereka, itu saling berjabat tangan mengucap selamat dan cipika-cipiki. Sementara di sudut lain, dua anak
ra' banget deh. Mending ng
u mereka mau menikah, dan terjadilah sekarang. Walaupun sudah mati-matian untuk menahan, merajuk, memaksa, mendesak bahkan memp
sejak masih di bangku Sekolah Dasar-Miko. Tapi ternyata Ishabella sama sekali ti
ang jelas-jelas sudah memberinya kesan yang buruk sejak kanak-kanak? Bahkan sampai sekarang, Miko masih menjadi cowok yang paling Raina benci.
yak gini, masih nanya. Dasar beg
nyebalkan dan memancing perdebatan kalau saja Raina tidak pandai menahan emosinya. Seketika, bibir cewek itu mengerucut kesal menatap wajah y
Nyambung-nyambung aja, emang kabel pu
ling, kini hanya melirik cewek mungil yang memiliki tinggi badan h
gua, Monyet. Karena gimanapun juga, mul
ko barusan. Keningnya membentuk beberapa lipatan. "
itu segera menghadapkan tubuhnya kea
tu? Benar-benar tidak bisa membuat Raina untuk tidak mengumpat dan menyumpah serapahinya dalam hati. Miko benar-benar cowok yang ti
berkacak pinggang dan mengangkat dagu tinggi-tinggi. Disaat seperti ini, ia merutuki
yet, maka gue adalah pemburunya. Pemburu yang bakalan nangkep monyet-monyet dan ngebunuh mereka buat dij
ana nasib para monyet di hutan begitu mencerna perkataan Miko barusan. Benar-benar
u
Nyet?!" Miko meringis ke
e monyet! Sekali lagi lo panggil gue dengan sebutan itu,
terkena sepatu Raina. "Ya elo kan emang monyet? Gue tanya, makan
epat naik darah kalau setiap hari ia bertatap muka dengan Miko yang benar-benar minta dihajar ini. Sungguh, Raina tidak ingin seatap dengannya ka
Gila! Dunia emang nggak selebar daun kelor! Sempit banget! Ah! Sumpah! Ami
u sodaraan sama
saja mengetuk pelipis, membuatnya agak sedikit tersinggung. Ia segera meng
owok ganteng kayak gue, dan yang amit-amit tuh gua! Males banget d
yang terlalu kencang memegang tangannya s
an sama gue, gue sih ogah punya sodara kayak lo! Amit-amit! Mimpi aja n
ajah tampan itu yang mulai menengang dengan rahang yang sedikit menge
tu
ayang." ujar Ishabella yang baru saja datang di tengah-teng
pi
. Dan belajar mengalah, jangan bertengkar terus. Kalian ini sudah dewasa, bukan anak kecil lagi yang harus kami bimbing bagaima
ka hanya bertatapan seolah jijik dengan satu sama lain ke
om,
ng kamu harus belajar memanggil om dengan sebutan Pap
sama dia!" Miko menunjuk Raina. Cewek itu langsung berkacak pi
nya lo nggak boleh tingg
gue gembel, nggak punya rumah? Gue bisa kok tinggal
lo sampe menginjakka
n gue nggak bakalan pernah nginjek rumah terkutuk lo itu!"
ar cacian itu. "Apa l
tapi jangan berlebihan. Karena, asal kalian tau aja, benci sama cinta itu cuma beda tipis. Setipis benang. Jadi,
l
ahan ini tidak akan pernah terjadi. Terlebih lagi kenyataan bahwa ia dan Miko akan tingga