Head Over Heels
pasti sampai sekarang belum juga menemukan yang pas dan dirasa cocok untuknya, di atas tempat tidur pula telah berserakan beberapa pakaian. Setelah sekian kali membolak-balikkan p
pinggang. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai dan jatuh di tengah punggung, Raina menambahkan 2 buah jepitan kec
uma orang buta aja yang bilang gue jelek." gumam Raina. "Hahaha
i rantai, tergantung di daun pintu. Raina lalu memadukkannya dengan i
emprotkan sebuah parfum beraroma teh ke tanga
Drtt..
tar. Dalam hati, Raina sudah menebak ini pasti Johan dan ketika
di depan r
l terbit di
gu ya, gue
m keluar, ia sempat melihat Miko tengah menonton televisi di ruang keluar
u
! Cu
erhatiannya dari keseruan di arena balapan moto gp di layar datar itu. Untuk beberapa detik, Miko terdiam. Ia memperhatikan Raina d
jalan sama si
ya tata bahasa yang bagus, tapi cewek itu malas membahasnya sekar
, tokek belang kek, ikan buntel kek, suka-suka gue mulut dong?" uj
bener ya?!" ge
gkat. "Apa? Bener-ben
itu dalam-dalam. Ia tidak mau Johan menunggunya lama. "Bodo amat deh. Gue cuma mau ngomong,
e anak baik-baik ya, nggak pernah sekalipun gue diajarin buat bo
n lo jadi sok alim gini? Siapa juga yang mau n
ang dan nyariin elo gue bakal bilang a
buang waktu saja kalau ia terus berlama-lama disini. "Yaudah, fix, terserah! Tapi, jan
lu dari tempat itu dengan kekesalan
da lo sama gue, gue bisa ngurus hidup gue sendiri." Miko yang kesal pula sedikit berte
kul 6 pagi sampai maghrib baru pulang. Jadi, tidak heran kalau Raina terang-terangan menurunkan rasa ge
bil sembari memainkan ponselnya. Raina tersenyum kecil kearah pemu
. Belum lima menit, kok. Sampe kapanpun juga gue
ipu mendengar gombalan itu.
. "By the way lo cantik
um-sebelumnya g
h plus plus plus." Johan melekatkan jari telun
ng-geleng kepala
h yuk,
ndela dengan pandangan yang sulit diartikan. Sampai Raina dan Johan mem
••••••
pergi sama te
meja. Memang, ia pulang bertepatan dengan 10 menit setelah Raina dan Johan pergi. Dan, seperti yang dikat
angguk sembari mencoba men
lo ntar pulang-pulang langsu
mereka per
"Nggak ma. Raina nggak
a disana. "Anak itu! Ya ampun, sudah beberapa kali dibilangin jangan bergaul sama laki-laki masih aja ngelanggar. Dia memang ngg
erdoa supaya 'malaikat' terbaiknya itu mendapat tempat terindah di sisi-Nya. Ya! Sudah 17 tahun lamanya. Kini, rasa rindu itu kembali merasuki Miko
engerin omongan Miko, da malah marah-marah ngata-ngatain Miko dan main pergi-pergi aja. Bahkan, Mi
agai kakaknya. Mau jadi apa anak itu kalau seperti ini? Sama kamu, sama mama, dia aja nggak bisa menghormati.
, ia berhasil menjadi anak yang manis dan baik-baik. Cowok
ini mungkin bentuk pelampiasan kekesalan dia sama ayahnya. Miko cuma takut aja kalo Raina disakitin sama cowok yang la
n cara baik-baik, Raina memang ngga bisa diatur. Ini nggak bisa dibiarin, Raina itu masih kecil, masih polos, dia belum tahu soal
gak bener
gatal. "Ya, kita positif thinking aja, ma
tu Miko mau ke
tawa keberhasilannya membuat image Raina sedikit buruk di mata ibundanya sendiri itu d
memutar kepala k
atapannya terlihat sayu dan memohon. Mungkin ini efek capek pu
cari Raina ya. Dan bawa dia pulang, Mama nggak
ok, ja
edikit keberatan sebenarnya, tapi t
amu bis
abella dengan tatapan memohonnya. Sampai akhirnya pemud
ramai. Keduanya berdiri dengan bersandar di mobil bagian depan. Tak jauh dari sana terdapat sebuah keramai
buka suara ketika mereka telash se
cil. "Boleh, tapi p
aja ia melihat kotoran bekas makan jagung di sudut bibir
u menyelipkan anak ramb
sap bibirnya. Sekian detik Raina menahan napas, melihat wajah tampan itu yang terlampau dekat membuatnya susa
di bibir lo." Joh
yanya lalu sesegera mungkin, ia mengusap-usap se
bersihin
Raina. "Hhh .. Makasih ya, gue jadi malu. Gue kal
enggaruk belakang kepalanya yang tak
banget ya Jo?" tanya R
lo nggak pendek kok. Kalo bahasa kerennya sih, mungil. Lo tuh mungil, tin
na menganggukkan k
tetep aja l
na berusaha menyembunyikan senyumnya. "Apaan
embari tertawa. "Elo sih jadi b
engan berbagai pose wajah. Dan itu membuat m
••••••
ecepatan laju motornya dan menepi di pinggir jalan, dekat halte yang sepi, kemudian membuka helm kyt-nya it
am Miko. "Niatnya mau jelek-jelekin dia di de
angsung merogoh ponselnya di saku celana. Mencari-cari kontak Raina sebentar sebe
g beberapa saat, samp
n lo telfon-telfon
itu langsung menjauhkan benda canggih itu dan mengusap-usap sebentar
usan ngatain
, lo biasa aja bisa nggak sih? Nggak usah ng
asi lo ada apa telfon gue? Kangen ya? B
g yang bener aja dong, sampe cicak nelen buaya juga gue ogah banget kangen sama elu. Amit-amit, cewek jelek ya
i paling dalem, gue lebih amit-amit dan nggak nerima
k itu hanya menggigit bagian atas kaosnya kuat-kuat. "Sumpah, b
idup ya? Pengen m
, sekarang mending lo bilang
ng lo mau
marah-marah karena anaknya pergi kelayapan malem-malem dan ngg
p gue udah p
lah,
kan, kalo gue j
ak." dan helaan napas lang
ngnya lo pergi
uh bener-b
? Emang iya. Sekarang cep
entaaar aja ya? Lo nggak inget kata-kata gue tadi? Gue ng
0.45. "Ini sebentar lagi udah jam 9 loh, gue pastiin kalo lo nggak pulang sama gue
tidur diluar
geram, dan Miko tahu itu. "
ninya ya ngomon
g lagi ada di pameran, deket stadi
audah. Tapi, gue mau pas gue nyampe, si kutil udah ng
tau denger lo ng
hanya menatap kosong layar ponselnya. "Padahal gu
r di sebuah stadion. Dengar-dengar mobil Audi keluaran terbaru yang tengah dipamerkan. Membelah jalan di ibukota yang ramai akan
rian di sebuah undakan kecil yang berada di dekat pedagang kaki lima. Dimana di belakang gadis itu adalah halam
tin kata-kata gue buat
aginya itu, bersamaan dengan suara derum mesin motor itu yang lang
karena kemauannya sendiri
. "Jadi lo.. ditinggalin sama si kutil? Dia l
ketawa ya ketawa aja, lo suka kan ngetawain gue? Nggak usah ditahan-tahan kay
ara cewek di hadapannya itu langsung membuang pandangannya kearah lain. Sepe
nya. Dan, tanpa basa-basi lagi Raina langsung m
jang perjalanan, sepenglihatan Miko melewati kaca spion motornya, ekspresi datar wajah Raina tak kunjung mencair, masih ditekuk sa
a kedi
a, di satu jalan Miko
aknya ke kiri-mematikan mesin, dan melepas helm. C
lekat di tubuhnya itu. Raina hanya diam memperhatikan p
ih ke gue?"
o lo sampe masuk angin. Kesehatan lo lebih penting daripada gue, lo ma
bil jaket itu. "Lo ngomong apaan
p lo." Miko mendengus. "Udahlah, ng
gue
embali ke motor Miko. Dan, pemuda itu pula kembali menjalankan
banget nih curut perhati
••••••