Head Over Heels
Perlu beberapa saat untuk Raina mengamati setiap sudut ruangan itu. Benar-benar berbeda dengan kamarnya. Mulai dari desain interior, warna cat tembok, poster-poster yang terpajang di dindin
ni kan di rumahnya s
ak
harus meninggalkan rumah penuh kenangan itu dan memilih untuk tinggal disini. Namun, apa boleh buat, Raina tidak mungkin terus-ter
a jadinya hidup gue kalo tiap hari gue ngeliat makhluk terkutuk itu. Hhhh ... empet banget! Mana gue sama dia udah resm
m ruangan itu untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Kurang lebih 15 menit, Raina lalu berjalan keluar. Dan
eek
g sulit diartikan. Kenapa bisa kebetulan seperti ini? Raina bahkan tidak menyadari kalau kamar mereka bersebelahan. Gadis itu mengerjap. Ia segera memutuskan kontak mata
n kayak gini. Bikin ilang mood aja." Miko bergumam seraya
yang bertolak pinggang sementara sebelahnya
u
g pagi-pagi udah liat muka songong lo itu? Hih! Asal lo tau ya, setiap kali gua ngeliat lo tuh
t. Ia terkekeh geli. Dan,
auh-jauh sana mendingan. Kayaknya l
in ia tidak terima dengan perkataannya barusan. Namun, gadis itu tidak memperdu
elo tau nggak?! Karena ini rumah
ya masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan. Lapang dada saja, tida
aku cokelat
angun? Sebentar ya, No
a,
dengan apron melekat di tubuh yang tergopoh-gopoh itu, sejenak meninggalkan aktivitas memasaknya. Mengeluarkan sebuah cangkir dari sebuah kabinet u
, cokelat
sih,
kan diri dengan kompornya. Sementara Raina mulai menyesap sedikit demi sedikit cokelat panas itu. Membuat rasa hangat
i, R
ala ke sumber suara. Ia langsung mencium tangan orang itu dengan menempelkannya di dahi. Ya. Raina tahu bagaimana memberika
at pag
api Raina sudah menyahut terlebih dahulu. "Eh! Maksud aku, pa
u kok sendirian aja, Miko mana? Apa
h. Aku liat tadi
ok nggak
masih d
secangkir cokelat panas yang baru saja diminum Raina.
ali. Apa kamu su
cil seiring dengan tanganya yang
eduh cokelat panas dulu dan duduk disini juga, kursi yang sedang kamu duduki ini." Dharma te
ksud aku... Miko?" tanya Raina hati-hati. Sedikit merasa tidak
'kan? Siapa saja boleh, kok duduk disitu. Termasuk kamu. Karena kamu
i rapihnya, agak canggung. Mungkin besok-b
••••••
utu buku, karena itu memang realita. Tak jarang pula cewek-cewek tukang gossip yang melihatnya lewat langsung terkagum dan dalam sesaat Miko bisa menjadi bahan gossip hangat untuk diperbincangkan oleh mereka. Memang, Miko terlihat cool
prinsip yang dipegang ole
gga tepat di undakan paling bawah yang berada di koridor luar yang memanjang itu, tidak sengaja
ukk
wek yang tengah terduduk di lantai sambil mengaduh kesakitan den mengusap-usap pantatnya. Semakin s
e, Nyet. Nabrak-nabrak sembarangan aj
he ...
mencium lantai dan ia menjadi bahan lelucon para murid yang berada di sekeliling tempat itu. Kenapa Miko bisa-
ala
epuk-nepuk roknya bagian belakang. "Lo apaan sih, segala nyalahin gua lagi! Jalan itu pake
l dari cewek itu pasalnya Miko hanya berbicara santai. Berbeda dengan Raina yang sudah naik beberapa
dang Miko sinis, cowok ini terlalu bert
mengangkat dagu tinggi-tinggi sehingga memperliha
s malas melihat itu.
kan, sampai menunjuk-nunjuk disertai tekanan di pundak, seperti yang dilakukan Raina sekarang ini. Miko hanya
..
memegang buku, sampai cewek itu meringis kesakitan. "Lo berani
nah takut sama cowok kayak lo! Ayo, to
ko sembari mencoba melepaskan tanggannya dari cekalan c
. Bersamaan dengan itu, seseorang datang menghampiri
! Lo n
n dengan Miko berdiri di belakang Raina, dengan headphone tergantung di leher dan mulut yang
n Miko sejak masuk sekolah itu. Raina sendiri tidak tahu menahu dan tidak mau tahu pula. Baginya, Miko ada
aja, Johan!" komando Raina, sembar
dah,
••••••
sama Miko? Perasaan, kali
alah hal baru bagi Raina karena belum lama ini ia merasa dekat dengan pemuda itu dan Raina masih menganggapnya sebagai orang lain. Namun dengan senang hati, Raina tentu mau-ma
pantatnya di kursi panjang yang berada di salah satu bangku kantin dengan sebuah b
Johan penasaran. "Hmm ... Sejak kapan
la napas. "Sorry ya sebelumnya, Jo, tapi lo kenapa jadi ngorek
dian terkekeh geli. "Gue juga nggak tau ya, Rai. Tapi, kalo
H
g yang Raina sukai ternyata penasaran sama dia? Apa ini sebuah kemajuan? Sung
ya? Lo udah punya pacar
ak, nggak, nggak! Bukannya gitu, tapi gue ... gue nggak ada pacar, kok. Lagian, gue kan jelek gi
semakin tidak nyaman, menjadi agak gusar. Entah, ta
yang bakal bilang kalo lo itu jelek.
lu to the point memujinya. Apakah ini pertanda kalau pemuda
sekarang. Sementara cowok di hadapannya itu hanya senyum-senyum sendiri, yang malah membuat Rai
m. "Eh, Rai. Lo ntar m
nggung tangan. Dalam hati, ia sudah bersorak namu
ajak lo
h
menyembunyikan senyumnya. Johan hanya mengangguk
alahnya
k salah ngajak orang? Masa lo ngajak gue, sih? Gu
kan, biar lo nggak cuma diem doang dirumah mantengin tipi, makanya gue ajak lo jalan. '
KT? Entahlah, tapi Raina sama sekal
anya Johan. Raina ha
ber'yes-yes' kesenangan. "Rumah lo
ung berputar bahwa ia tidak lagi tinggal di rumah
ng kalo gue tinggal seatap sa
k usah repot-repot deh buat jemput gue." sar
i aja, gue nggak ngerasa direpotin, kok, serius. Lagian 'kan ini gue yan
pi,
dengan menyatukan kedua tangan di depan wajahnya dan kerlingan ma
u, Raina akhirnya pasrah. Ia menarik napas dan menghemb
thank