Suamiku Memilih Maduku
rsama Radwan. Sementara Arlisa duduk di ruang tamu, hanya ditemani
n, layar menyala menampil
nar-benar ingin ada di samping kamu. Aku nggak taha
tahu dirinya masih istri sah Radwan. Tapi di sisi lain, ia haus akan perhatian. Rafa hadir de
s: "Fa, jangan terlalu dekat. Akcepat, seakan Rafa m
ga harus jujur sama diri sendiri. Kamu bahagia sekarang?
mbali jatuh, membasahi layar ponselnya. Ia ingin menjawab "tidak
hasilnya: Radwan lebih sering memilih masakan Raline. Tapi entah kenapa, ia masih
panggang dan salad di depannya. Radwan tersenyum lebar melihatnya. "Wah, L
pur, menatap pemandangan itu dengan hati yang nyeri. Di me
nasi goreng juga ada
Oh, iya. Makasih, Lis." Tapi tangannya tetap m
emek yang ia kenakan, berusaha keras menaha
menikmati udara panas yang menampar wajah. Di tengah keramaian pasar,
ran, ponselnya bergetar. Ra
mana?" suara Rafa
at, sambil memastikan orang di
send
ya
Kita bisa makan siang bareng.
kanan-kiri, seolah takut Radwan tiba-tiba muncul di te
akan siang. Aku janji n
. Tapi rasa sepi yang sudah terlalu lama ia pendam membuat kata-kat
. Arlisa datang dengan hati berdebar, merasa seperti seor
rik kursi untuknya. "Aku sen
, kita nggak boleh sering-seri
Radwan tahu. Aku cuma peduli sama kamu. Aku lihat k
ehangatan yang sudah lama ia rindukan. Mereka berbincang lama, ter
ingkat itu membuat tubuh Arlisa merinding, bukan karena takut, tapi karen
ya. Arlisa terkejut ketika suaminya masuk ke ru
ir ini kelihatan beda. Kamu sering keluar, se
berdetak kencang, seolah R
Jadi sesekali jalan-jalan ke pasar at
"Lis, kamu boleh jujur sama aku. Kalau ada yang
du kamu. Aku butuh kamu. Aku ingin kamu kembali seperti dulu."
geleng. "Nggak ada, Ban
isi hatinya. Tapi kemudian ia berdiri, menepuk bah
a hanya bisa menatap p
akin dekat, meski hanya lewat pesan dan pertemuan singkat. Ra
tuh cinta la
Rafa tulus. Ia bisa merasakannya dari cara Rafa memperhati
adwan selalu muncul. Meski kini terasa jauh, Radwan masih suami
in malam berhembus lembut, membawa aroma tanah ba
dur. Aku kepikiran kamu
s: "Fa, jangan terus-terusan begin
au cinta itu salah, aku re
an. Air matanya mengalir lagi. Ia tersesa
line dengan penuh cinta. Sementara ia, istri per
in. Ia menatap bayangannya sendiri, lalu berkata lirih, "Aku nggak b
ema di hatinya, tanp
Arlisa benar-benar merasa bahwa bata