Suamiku Memilih Maduku
/0/27202/coverbig.jpg?v=f52e8846988ac37d758841a99a0961ed&imageMogr2/format/webp)
nunjukkan pukul sebelas malam, tapi ia masih terjaga. Tangannya meremas ujung selimut, sementara pik
abang sebaiknya m
keraguan dan putus asa. Ia masih bisa mengingat jelas wajah Radwan, suaminya, yang tampa
ehilangan kehangatan. Radwan jarang menyentuhnya, jarang berbicara panjang, bahkan sekada
beban kantor. Tapi setelah berbulan-bulan, keadaan tak kunjung berubah. Sentuhan yang dul
suaminya. Tapi ia juga perempuan, dengan hati yang butuh kasih sayang, dan tubuh yang merindukan belaian. Dan ketika semua
emburu, lalu justru kembali mencari Arlisa. Bukankah sering
lisa sadar bahwa dirinya mungkin telah me
tu menggema di telinganya. Radwan menanyakan
hagia. Kalau memang aku tidak bisa memenuhi semuanya, mungkin ada perempua
ungan, tapi juga seolah ada secercah lega. Dan saat Radwan akhirnya menyetuju
namparnya. Radwan menikah lagi dengan seorang perempuan muda bernama Raline. Canti
eluarga, kini hanya menjadi tamu asing di telinganya. Kadang ia mendengar suara lembut Radwan m
kenyataan, Arlisa menggigit bibirnya erat-erat. Ada suara langkah, ada b
Ia menutup wajah dengan kedua tangannya,
n," lirihnya. "Aku cuma ingin dia kemba
asa. Nasi goreng kesukaan Radwan, teh hangat, dan potongan buah. Tapi Radwan jarang menyentuhnya. Ia sudah
e di meja makan sambil memuji, "Ini enak sekali, Lin. Kamu belajar
a sudah mencoba menyenangkan hati Radwan dengan makanan kesukaan. Tapi lidahnya kelu.
gan Radwan. Foto itu penuh senyum bahagia. Waktu itu, ia percaya cinta mereka
rnyata, bisa p
adi?" bisiknya getir. "Kenapa aku begitu bodo
. Ia masih ingin dipeluk, masih ingin disentuh, masih ingin diperhatikan. Tap
ih perempuan normal, dengan darah dan daging yang merindukan keintiman.
dengan harapan bisa berbaring di sampingnya, seperti dulu. Namun, Ra
erani lagi mencoba. Ia merasa sep
Ia mulai sering menyendiri di kamar, membaca buku,
akhir catatan
rti menjauh. Aku ingin cinta, tapi cinta itu
an air yang berlari di kaca. Radwan belum pulang, katanya menemani Raline belanj
mencari kehangatan di luar? Haruskah aku mencari
sendiri. Ia tahu itu berbahaya. Tapi sem
awa kantong belanjaan bersama Raline, Arlisa tersenyum tipi
an kini, ia berdiri di persimpangan paling sulit dalam hidupnya-bertahan dal