Silent (Love, loyalty and hurt)
eriak heboh seorang wanita yang gemas dengan putranya saa
g pria yang masih memegang golok dengan hia
protes Naka yang tampak kesusahan
belahnya mengusap lengan Nathan. Pria itu menoleh, tersenyum
t sempurna, ia menahan senyumnya sambil menatap Nathan. Pria itu mengecup jemari Nadin,
hadir di acara tujuh bulanan itu. Nadin b
enghampiri dan berdiri di sampi
aja, ya, Din, biar langsung dari sumbernya." Tatapan ibu mertuanya memo
masih sama." Nadin mengeratkan
n? Sirik amat jadi orang." Raut wajah Nathan sudah menunjukan ketidak sukaannya pada
Nadin
ggak ham
gak kuat
makan makanan
ogram, bayi
a yang dibuat keluarga besar Nathan. Ia juga tak enak dengan ibu dan ayah mertuanya. Ditambah
entar, mereka dulu satu SMA. Nathan Kakak kelas Nadin yang saat itu kelas sa
ali saat sudah berkarir di bidang masing-masing. Nathan manaj
mereka. Pacaran mereka hanya satu
k nyaman. Nathan mendengkus, ia akhirnya memberikan saran supaya Na
sebanyak tujuh kali. Tamu undangan heboh, bahkan tampak bahagia. Istri Naka itu juga tampak memancarkan
kerumunan orang-orang itu. Naka dan istrinya berjalan berdampingan, menghampiri Nathan dan Nadin untuk me
Nathan beralih ke perut besar adik iparnya. Mengusap lalu tersenyum, "sehat ya sampai lahiran nanti, jadi anak yang selalu dibanggakan keluarga," ucapnya.
nya Nadin di saat m
anak Mas Nathan, biar ramai keluarga kita." Pelukan
lan lagi, kabarin Mbak kalau kamu butuh sesuatu." Nadin meng
um bahagianya, tapi Nathan tahu, jik
*
Nadin dan
ampiri istrinya yang duduk menghadap la
yang salah input temen, jadinya aku m
n duduk di sebelah Nadin, merangkul
gnya, Mas?"
r sebentar, ma
pek? Udah jam sembilan." Tunjuk Nadi
di dekat komplek kita, bininya masih
pulang," kepala Nadin mendongak karena
bisik Nathan sensual sambil mencium leher mulus istrinya. Nadin terkekeh, sel
mengecup puncak kepala Nadin, menyambar ponsel dan dompet, lalu terd
rusan rumah. Nadin begitu dimanjakan, ia bahkan sempat berpikir untuk menolak, ia ingin merasakan mencuci baju, menyetrika, bahkan memasak. Tapi Nat
an-gombalan receh yang jelas membuat Nadin tersenyum lalu tertawa. Ia terkejut, saat pintu kamarnya terbuka,
athan dengan tulus. Calon Ibu anak-anakku." Nathan berjalan mendeka
jak, berjalan mendekat. Senyum ta
, aku mau rayain ulang tahun kamu berdua aja, ngg
mencium kening Nadin begitu lekat dan lama. Kem
ya di depan wajah cantik Nadin. Istrinya mengambil alih kue dari tangan suaminya, di letakkan di atas meja. Ia menghambur ke dalam pelukan Natha
Nadin manja. Nathan m
yusuri surai istrinya, mengecup keni
rlihatkan dengan jelas dan tegas. Nadin tertawa begitu puas, tapi tidak untuk Nathan, melainkan karena ia segera melakukan tugasn
sam