Silent (Love, loyalty and hurt)
hatan hati dan batin Nadin. Ia berkali-kali harus memasang senyum palsu di wajahnya saat banyak yang menanyakan dirinya, KAPAN HAMIL? Andai Nadin bisa tahu jawabannya de
nyaan Nadin membuat Nathan tertawa sin
, kita sama-sama sehat, dan semua aman, bulan lalu kita udah periksa juga, kan?" Nathan
dokter, aku harus bela diri kayak gimana lagi?" Nadin duduk di atas pangkuan suaminya yang merasa ter
ksa ke mana lagi? Mau ke luar n
manja. Ia usap punggung Nadin, mencoba menghilangkan kegusaran hati istrinya. Ia paham, keluarganya yang banyak membahas tentang hal
gung. Ia tau, suaminya susah untuk cuti dari pekerjaannya, banyaknya hal yang harus ia kerjakan, seolah men
mata Nadin memicing, ta
a kangen makan sate buntal, di sana. Mau naik mobil, kereta, atau pesawat
palah panggilan ke barat-baratan. Ia memeluk leher kekar Nathan. "Mau sayang, tiga malam juga cukup
Nathan. Nadin tertawa, ia beranjak lalu duduk di kursi meja makan dekat Nathan. Keduanya sudah berpakaian rapi hendak bekerja, tak lucu ka
*
tor Na
staff bagian personalia. Nathan mengangguk,
kedua, siapa tau hasil bercocok tanam di sana tokcer,"
ma, banyakin makan kecambah, sama jaga kesehatan, Pak,
supaya berhenti merokok, ia mengangguk paham. "Kurm
k. Ini saya masukin ke data absen ya, Pak, sama info ke kep
weekly report-nya. Makasih infonya ya, saya ke tempat anak-anak market
angan kaca yang tertempel tulisan Marketing Room. Tampak banyak kubikel yang ter
bersandar di kubikel Hanif - Kepala Marketing -
rus-jurusnya?" tukas Hanif tanpa menatap Nathan yang senyum-senyum
kita nggak ada arahan program baru untuk UKM, Nath
masih santai-santai aja. Pada ke mana an
ut lo ya," p
pada ke mana? Tebar jari
da apa lo ke sini?" Hanif beranjak, ia berdiri di dek
terror kapan hamil melulu sama keluarga besar gue. Mereka tuh, kenapa ya, begitu a
yang nggak akan neror, apa lagi lo sama Nadin udah t
jeki, gimana? Gue mau hajar tiap malam juga bisa aj
muda, dan serangkaian jurus andalannya. Bukan apa-apa, karena Hanif sudah mempraktekan dan
masing-masing, makanan apa saja yang harus di konsumsi, hingga ke obat kuat. Keduanya tertawa geli sendiri den
ahagia, puas dan nggak bisa lepas dari lo." Maka kalimat Hanif itu menjadi pecutan bagi Nathan untuk semakin semangat membahagiakan istr
sam